TEMPO.CO, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan Indonesia terbuka akan peluang investasi dalam bidang kendaraan listrik (electric vehicle atau EV) dari negara manapun, termasuk dari negara-negara ASEAN.
“Kita membuka investasi dari banyak negara, kita tidak membeda-bedakan. Kalau Vietnam mau masuk, itu tidak masalah. Karena kita memang fokus di baterainya,” ujar Erick saat ditemui usai kegiatan Forum ASEAN-Indo-Pasifik (AIPF) di Jakarta, Selasa, 5 September 2023.
Ia menjelaskan pengembangan ekosistem kendaraan listrik akan menjadi salah satu fokus perhatian utama pemerintah. Terutama jika mengingat persoalan polusi yang terjadi di Jakarta belakangan ini. Masalah polusi ini juga yang membuat peralihan ke kendaraan listrik menjadi kian mendesak.
“Saya rasa kita sepakat bagaimana polusi yang terjadi hari ini, salah satunya harus segera kita migrasi ke penggunaan kendaraan publik dan intervensi kendaraan listrik,” tuturnya.
Lebih jauh, Erick menyatakan peluang investasi bakal mendongkrak penggunaan kendaraan listrik di dalam negeri, sehingga dapat berdampak pada penekanan polusi. Tak hanya itu, persoalan lain yang juga dapat teratasi adalah pengurangan impor bahan bakar minyak (BBM).
Erick pun menjamin investasi yang masuk ke Indonesia terkait kendaraan listrik akan tetap menjaga arahan hilirisasi oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
“Kami ingin memastikan investasi-investasi itu hadir, tetapi komitmen Bapak Presiden jelas, kita tidak mengirim bahan mental ke luar negeri. Hilirisasi harus terjaga di Indonesia,” ucap Erick.
Presiden Jokowi dalam sambutannya di kegiatan AIPF menyebutkan perekonomian ASEAN akan tumbuh lebih kokoh melalui hilirisasi industri. Salah satu contoh konkret terkait pembangunan rantai pasok kawasan adalah melalui pembangunan ekosistem kendaraan listrik.
Pernyataannya itu menindaklanjuti salah satu dari tiga agenda utama AIPF, yakni infrastruktur hijau dan rantai pasok yang tangguh. Selain infrastruktur hijau dan rantai pasok yang tangguh, Jokowi juga menyoroti dua agenda utama lainnya, yaitu pentingnya kerja sama di bidang pembiayaan berkelanjutan dan inovatif serta kerja sama transformasi digital dan ekonomi kreatif.
ANTARA
Pilihan Editor: Kerja Sama Kendaraan Listrik RI-Malaysia, Moeldoko Sebut Perlu Kesesuaian Sistem Pengisian Daya