1.300 orang hadir langsung
Setidaknya 1.300 orang menghadiri acara ini. Jumlah itu belum termasuk 2900 lainnya yang mengikuti streaming acara tersebut lewat kanal YouTube.
Sam Altman, pemuda berusia 38 tahun yang menjadi CEO OpenAI, itu memikat sejumlah besar kalangan dari komunitas teknologi AI dan mereka yang tertarik dengannya di Tanah Air. Tampil dalam balutan kemeja batik dengan warna dasar hitam dan merah, Altman menjawab sederet panjang pertanyaan mulai dari ChatGPT, large language models, sampai artificial general intelligence (AGI).
Nadiem Makarim ikut bertanya
Di antara pertanyaan itu adalah yang disampaikan langsung Menteri Pendidikan Kebudayaan dan Ristek Nadiem Makarim yang hadir di antara 1.300 pemegang tiket masuk ke Grand Ballrooom Hotel Indonesia Kempinsky. Selebihnya pertanyaan dipilihkan dari antara yang diajukan pemegang tiket di platform terpisah.
"Pendidikan adalah contoh paling menarik di antara sektor lain tentang apa yang akan terjadi dengan adanya ChatGPT," kata Sam Altman di antara jawaban yang diberikannya kepada Nadiem. ChatGPT disebut Altman sebagai tool baru untuk belajar. "Inilah bagaimana umat manusia menapaki kemajuan...kita membangun tool yang lebih baik," katanya.
Sam Altman juga menekankan misi OpenAI yang tak berubah kepada Menteri Nadiem, yakni membangun AGI yang aman sambil berupaya memberikan benefit daripadanya. Dia mengungkap adanya perubahan strategi lewat kapitalisasi demi membiayai pengembangan sistem dan teknologi chatbot AI itu.
Termasuk untuk bisa membuatnya semakin luas digunakan dan merekrut sumber daya pemilik bakat yang super. "Tapi kami tetap tak akan meninggalkan prinsip non profit, caranya dengan membagikan benefitnya, aksesnya, kepada pemerintahan dan masyarakat," kata pemilik nama lengkap Samuel H. Altman itu menambahkan.
2 tantangan dari ChatGPT
Menurut Sam Altman, ada dua bagian tantangan dari ChatGPT. Yang pertama adalah teknis, dan GPT-4 disebutnya sudah jauh lebih berkembang secara teknis. Bagian kedua yang justru dinilainya lebih berat, yang sedang dihadapi saat ini
Salah satu pendiri Hydrazine Capital, mantan presiden Y Combinator, juga pendiri dan mantan CEO Loopt ini menunjuk tantangan 'siapa yang harus memutuskan'. Tantangan ini diperumit dengan legislasi antar negara yang berbeda-beda.
"Siapa yang memutuskan nilai-nilai-nilai apa yang akan membatasi sistem ini? Siapa yang memutuskan apa yang bisa dan tidak bisa dikerjakannya? Dan siapa yang memutuskan seperti ada default-nya."
Acara 'tanya-jawab' sepanjang lebih dari 1,5 jam itu dipandu Hammam Riza, Presiden KORIKA, yang juga peneliti utama di BRIN dan Profesor bidang teknologi AI di Universitas Syah Kuala.
AYU CIPTA | ZACHARIAS WURAGIL
Pilihan Editor: Profil Samuel Altman, Bos ChatGPT yang jadi WNA Pemegang Golden Visa Pertama