TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal membeberkan pekerjaan rumah alias PR pemerintah jika Pertamina resmi menghapus Pertalite dan menggantinya dengan Pertamax Green 92. Faisal berkaca pada masalah yang dihadapi pemerintah dalam menyalurkan subsidi Pertalite.
"Pertalite BBM paling murah. Itu pun selama ini masalahnya ada pada kecukupan kuantitas dan keterbatasan subsidi," ujar Faisal kepada Tempo pada Kamis malam, 31 Agustus 2023. "Kalau Pertalite dihapus, artinya ada progres baru lagi."
Faisal mengatakan pemerintah bakal menghadapi perkara serupa jika memberikan subsidi untuk Pertamax Green 92, seperti ketika memberi subsidi pada Pertalite. Artinya, pemerintah tetap harus mengontrol distribusi subsidi tersebut agar tepat sasaran. Mekanismenya dilakukan dengan pemberian subsidi pada orang, bukan barang.
Sementara jika pemerintah tidak memberikan subsidi, pemerintah mesti memikirkan dampaknya terhadap masyarakat. Sebab tanpa subsidi, otomatis harga Pertamax Green 92 bakal tinggi. Walhasil daya beli masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah, bakal turun.
"Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah dampak inflasi bahan bakar bisa sangat signifikan. Kita tahu itu," ucap Faisal.
Pertamax Green 92 merupakan campuran Pertalite dengan etanol