TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pangan Nasional atau Bapanas merespons kenaikan harga bawang merah. Untuk menjaga keseimbangan harga bawang merah di tingkat produsen, pedagang, dan konsumen, Bapanas menggandeng Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI).
Ia meminta agar HIPMI dan ABMI turut menyerap hasil panen petani bawang merah di beberapa wilayah pada panen raya ini. “Kami upayakan bersama, bahwa hasil produk para petani ini dapat terserap dengan baik oleh pasar," ujar Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dalam keterangannya, Selasa, 29 Agustus 2023.
Bapanas pun mendorong penyerapan produksi petani dengan mengoptimalkan peran BUMN Pangan sebagai offtaker. Arief menilai upaya ini penting dilakukan untuk melindungi petani bawang merah dari risiko kerugian dan menjaga petani tetap semangat untuk berproduksi.
Menurutnya, langkah ini dapat mengantisipasi kerugian petani pada masa panen raya. Serta mendorong petani agar tetap berproduksi dan menjaga psikologis pasar.
Sebagai informasi, harga bawang merah konde basah di tingkat petani Kabupaten Nganjuk menyentuh level Rp 11.000 sampai Rp 13.000 per kilogram. Dengan estimasi luas panen bawang merah pada Juli-Desember 2023 sekitar 5.000 hektar dan provitas rata-rata mencapai 15 ton per hektare.
Angka tersebut berada di bawah Harga Acuan Pembelian (HAP) bawang merah di tingkat produsen sebesar Rp 18.500-20.000 per kilogram, sebagaimana diatur dalam Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 11 Tahun 2022.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo alias Jokowi telah meminta agar produktivitas dan pendapatan para petani bawang merah dapat selalu terjaga. Caranya dengan memastikan adanya offtaker untuk kepastian harga bagi petani.
Karena itu, Arief menyatakan Bapanas akan terus memprioritaskan upaya Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) bawang merah pada sentra-sentra produksi. Terutama di masa panen raya seperti saat ini.
Dia berujar penyiapan offtaker bawang merah dari BUMN pangan maupun swasta untuk menyerap produksi nasional merupakan langkah mitigasi. "Sehingga para sedulur petani kita tidak berhenti berproduksi karena ada kepastian pasar," kata Arief.
Mengingat bawang merah termasuk komoditas pangan perishable atau mudah rusak, Bapanas pun memerlukan cold storage yang memadai sebagai bagian dari sistem rantai pasok dingin. Cold storage ini juga diperlukan untuk memperpanjang masa simpan produk pangan.
Alhasil, Arief pun mendorong hasil panen bawang merah ini agar dapat disimpan dalam rangka penguatan cadangan pangan. Sehingga dapat digunakan untuk menstabilisasi pasokan dan harga bawang merah di daerah-daerah defisit atau mengalami kelangkaan pasokan. Upaya ini, tuturnya, akan dilakukan Bapanas bersama BUMN dan BUMD.
"Kalau sudah distok, sudah punya cadangan, tapi masih lebih lagi, kita dorong ekspor," ucapnya.
Arief mengatakan ekspor bawang merah memang sudah dilakukan dan akan terus berlanjut oleh offtaker swasta. Tujuan ekspor bawang merah Indonesia antara lain Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Pilihan Editor: Bawang Merah Semi Organik di Banyuwangi Hasilkan 14,2 Ton per Hektar