Pada 1989, ia direkrut oleh PT Indomobil. Di tempat yang barunya ini, ia dipercaya untuk mengurusi bagian keuangan. Saat itu, ia menempati posisi Direktur Keuangan Indomobil hingga 1990.
Setahun berkarier di Indomobil, ia kemudian ditawari untuk mengurusi Bank BCA, bisnis Grup Salim yang lain. Jahja menerima tawaran tersebut meskipun ia harus turun pangkat menjadi Wakil Kepala Divisi Keuangan Bank BCA.
Namun pada 1996, ia mendapatkan promosi menjadi Kepala Divisi Treasury dan terus menanjak hingga mendapatkan posisi sebagai Direktur Bank BCA pada 1999.
Prestasinya dianggap moncer ketika BCA berada di bawah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) karena nyaris ambruk.
Dalam sejarah perjalanan BCA, bank swasta dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia ini pernah nyaris bangkrut karena adanya rush money dan penjarahan besar-besaran dalam peristiwa 1998.
Pada 28 Mei 1998 diketahui BCA sempat diambilalih oleh BPPN untuk menyelamatkannya agar tidak memberikan efek domino yang lebih besar kepada perekonomian negara.
Mulai dari sana, karier Jahja terus menanjak. Hingga akhirnya ia diangkat menjadi Wakil Presiden Direktur dan ditunjuk menjadi Presiden Direktur BCA sejak 2011.
Pada 2021, dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan BCA, ia kembali ditunjuk untuk memegang kendali sebagai Presiden Direktur BCA.
AMELIA RAHIMA SARI | ANDRY TRIYANTO
Pilihan Editor: Cerita Bos BCA Hibahkan 8 Juta Saham BBCA ke Anaknya: Mewariskan Aset Itu Hal Biasa
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.