TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan bencana alam akibat perubahan iklim di Indonesia mengakibatkan setidaknya Rp 22,8 triliun per tahunnya.
Dalam kurun 2020-2024, Bappenas pun memperkirakan perubahan iklim akan menyebabkan potensi kerugian ekonomi senilai Rp 544 triliun. "Karena itu diperlukan intervensi kebijakan," ujarnya dalam dialog nasional di kantor Bappenas, Jakarta Pusat, Senin 21 Agustus 2023.
Ia mengatakan bencana alam yang terjadi di Indonesia mayoritas memang berupa bencana hidrometerologi. Jumlah kematian akibat bencana ini selama 10 tahun terakhir tercatat mencapai 1.183 orang.
Adapun potensi kerugian ini akan berasal dari penggenangan pesisir, kelangkaan air, dan kecelakaaan kapal. Serta penurunan produktivitas beras, peningkatan kasus penyakit sensitif, dan sebagainya.
Sementara itu, Indonesia kini mengalami kenaikan suhu di atas 1,5 derajat celcius. Menurutnya, kondisi ini pun akan mengganggu seluruh sistem kehidupan. Sebab berpengaruh pada ketersediaan air, kekeringan, wabah penyakit, bencana alam.
Lebih lanjut, diperkirakan lebih dari 100 juta penduduk dunia akan miskin. Bahkan menurut pertemuan di Swedia terkait air di dunia, Suharso mengungkapkan ada Rp 4,8-5,7 miliar penduduk akan mengalami kekurangan air pada 2050.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memprediksi secara global pada 2050 akan terjadi peningkatan kerentanan stok pangan dunia. Dia menegaskan berkurangnya stok pangan akan melanda seluruh dunia, termasuk indonesia.
Di sisi lain, Food and Agriculture Organization (FAO) mengatakan perubahan iklim akan menyebabkan krisis pangan. Pasalnya, petani kecil adalah kelompok yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Sementara itu, perubahan iklim diperkirakan akan berimbas buruk pada 500 juta petani kecil yang merupakan produsen 80 persen stok pangan dunia.
"Ini terjadi di seluruh dunia. Jadi kita mau impor beras, mau dari mana? Semuanya kondisinya lebih parah dari Indonesia," kata Dwikorita.
Pilihan Editor: Lawan Perubahan Iklim, ITS Gelar Aksi Tanam Pohon Diikuti 8 Ribu Peserta