Lebih jauh, Jokowi menilai memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) saja tidak cukup. Pasalnya, hal itu akan membuat Indonesia menjadi bangsa pemalas yang menjual bahan mentah kekayaannya. Tanpa ada nilai tambah, tuturnya, tidak akan ada keberlanjutan. Karena itu dia menegaskan Indonesia tidak boleh seperti itu.
Jokowi menegaskan bahwa Indonesia harus menjadi negara yang juga mampu mengolah sumber dayanya. Sehingga, mampu memberikan nilai tambah dan menyejahterakan rakyatnya. Dan ini bisa kita lakukan melalui hilirisasi.
Pendapatan per kapita
Kenaikan pendapatan per kapita Indonesia juga disorot Jokowi. Menurutnya, berdasar hitung-hitungan perkiraan dalam 10 tahun, pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai Rp 153 juta atau US$ 10.900.
"Sebagai perbandingan, pada 2022 lalu Indonesia berada di angka Rp 71 juta. Artinya dalam 10 tahun, lompatanya bisa dua kali lipat lebih," kata Jokowi.
Kemudian dalam 15 tahun, Jokowi memperkirakan pendapatan per kapita kita akan capai Rp 217 juta atau US$ 15.800. Alhasil dalam 22 tahun, menurutnya, pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai Rp 331 juta atau $ 25.000.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun merujuk pada International Institute for Management Development (IMD). Dia mengatakan daya saing Indonesia pada 2022 naik dari rangking 44 menjadi 34. Menurutnya, ini merupakan kenaikan tertinggi di dunia.
Menurut dia, kemajuan Indonesia dapat terus didorong dengan konsistensi reformasi struktural. Terutama penyederhanaan regulasi, kemudahan perizinan, kepastian hukum dan pencegahan korupsi. "Semua itu menjadi modalitas kita untuk meraih kemajuan," kata dia.
Oleh sebab itu, ia menekankan kepemimpinan ke depan sangat menentukan masa depan Indonesia. Dia berujar, hal ini bukan tentang siapa yang akan menjadi presiden pada periode mendatang, tetapi apakah pemimpin selanjutnya mampu bekerja sesuai dengan apa yang sudah dimulai saat ini.
Dia menegaskan pemerintah saat ini tidak boleh berjalan lambat atau atau lari sprint, tetapi harus berlari marathon untuk mencapai Indonesia Emas. "Apakah berani atau tidak? Mampu konsisten atau tidak? Karena yang dibutuhkan itu adalah napas yang panjang karena kita tidak sedang jalan-jalan sore," tuturnya.
RIANI SANUSI PUTRI | MOH. KHORY ALFARIZI
Pilihan Editor: Jokowi Sebut Anggaran Perlindungan Sosial 2015-2023 Capai Rp 3.212 Triliun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.