TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung dari Kelompok Keahlian Literasi Budaya Visual mengadakan sosialisasi kepada para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Desa Babakan, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat pada Rabu, 2 Agustus 2023. Sosialisasi bertema Pelatihan Media Sosial sebagai Sarana Branding Komunitas Perajin itu.
Dosen FSRD ITB Dana Waskita menjelaskan mengenai teknik pembuatan caption pemasaran di media sosial. “Kalau penjual menulis bahasa yang salah aturan, nanti tidak dipercaya pembeli,” kata Dana.
Ia menjelaskan, caption harus menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dengan benar. Sebab, itu mempengaruhi penilaian audiens terhadap penjual.
Dana mengatakan caption harus sesuai dengan target audiens. Adapun untuk melengkapi gambar dengan caption, disarankan membuat informasi penting dulu agar tidak membuang waktu pembaca.
“Setelah itu lakukan call-to-action untuk mengajak audiens membeli sesuatu. Seperti order dong,masukkan ke keranjang, dan seterusnya. Ini juga harus disisipi oleh narasi yang menarik,” ucapnya.
Dana pun mengingatkan agar tak terlalu banyak menggunakan tagar atau hashtag. Sebab, hashtag membuat Instagram menganggap postingan tersebut sebagai spam dan fake account.
Produk UMKM di Media Sosial
Dosen lainnya Evi Azizah Vebriyanti memberi pelatihan untuk mengunggah produk UMKM di media sosial, terutama Instagram. Evi mengatakan, kata kunci penting dalam pemasaran UMKM di media sosial. Bahasa yang digunakan dalam penjualan harus ditulis secara tidak langsung untuk menjual barang tertentu. Tapi, bisa menyesuaikan kata kunci dengan target pasar.
“Misal kalau minuman, enggak secara langsung ngomong jual minuman. Tapi, misalnya Anda haus? dan seterusnya. Orang yang search di Internet akan kecantol sama dagangan kita,” ujarnya.
Sosialisasi di Desa Babakan ini diikuti 30 pelaku UMKM. Adapun berbagai produk UMKM antara lain kerajinan tangan hingga makanan. Produk makanan biasanya ikan asin, jambal roti, keripik pisang, sampai keripik tempe.
Salah satu pelaku UMKM di Desa Babakan Taufik Hidayat menjual alat-alat ibadah dan pakaian. Menurut dia, tantangan saat ini sistem penjualan sulit mencapai target karena sistem aplikasi penjualan yang mengharuskan premium.
Menanggapi itu, Evi menjelaskan, penjual bisa menyiasati sistem tersebut dengan beralih ke platform lain. Itu sekaligus harus memperbanyak konten tentang produk di media sosial.
“Yang penting adalah penontonnya yang banyak, baru nanti setelah itu dijual. Itu salah satu cara untuk mengakali sistem penjualan di beberapa platform,” katanya. Ia menambahkan, sebaiknya tidak hanya tertuju satu platform saja,
Pelatihan UMKM Lanjutan
Ketua Program Pelatihan Tri Sulistyaningtyas mengatakan, ITB pernah melakukan di Bukittingi, Kalimantan Barat, Tanjung Enim Sumatera Selatan, Pekanbaru, sampai Manggarai Nusa Tenggara Timur. Tri menjelaskan, pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan UMKM mengandalkan kemajuan teknologi.
"Supaya bisa bersaing dengan pelaku ekonomi yang lebih luas,” katanya.
Menurut Ketua Desa Undang Herdi, pemilihan Desa Babakan sebagai tempat pelatihan branding media sosial, karena sentra UMKM dari seluruh wilayah di Kabupaten Pangandaran.
“Babakan menjadi sentra UMKM, karena di beberapa desa lain di Pangandaran telah dikuasai oleh hotel dan pelaku ekonomi yang dikelola dari orang luar Pangandaran,” kata Undang.
Pilihan Editor: Amartha dan Nobu Bank Kolaborasi Beri Permodalan Rp 100 Miliar bagi Pelaku UMKM di Pulau Jawa dan Sumatera