Faisal juga mengatakan penurunan harga tahunan batu bara dan minyak kelapa sawit (crude palm oil atau CPO) yang merupakan komoditas ekspor utama Indonesia, juga terus terjadi pada Juni 2023.
Indonesia juga terdampak penurunan aktivitas manufaktur China yang terlihat dari nilai ekspor China dalam dolar AS yang mengalami penurunan signifikan sebesar 12,4 persen secara tahunan dan impor yang menurun 6,8 persen secara tahunan.
Namun demikian, Faisal memperkirakan neraca transaksi berjalan Indonesia pada 2023 akan menunjukkan defisit yang dapat dikendalikan, yakni minus 0,65 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau menurun dari surplus 0,99 persen dari PDB di 2022.
"Ke depan, kinerja ekspor diperkirakan akan menurun akibat penurunan harga komoditas yang didorong oleh melemahnya permintaan global. Sebaliknya, kinerja impor diperkirakan lebih baik dibandingkan ekspor, ditopang ketahanan ekonomi domestik yang tetap terjaga," kata Faisal.
Pilihan Editor: Pendaftaran Uji Coba Terbatas LRT Jabodebek Diserbu Masyarakat, Bakal Ada Lagi?