TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo bakal mengumumkan perubahan status pandemi Covid-19 menjadi endemi pada akhir Juni 2023 mendatang. Langkah baru diambil sebagai upaya untuk bangkit dari merosotnya ekonomi. Pemerintah mencatatkan adanya penurunan kasus penularan penyakit yang diakibatkan oleh virus asal Wuhan, Cina itu.
Apabila melihat ke belakang, Covid-19 dinyatakan terdeteksi di Indonesia pada Senin, 2 Maret 2020 lalu. Kala itu, pemerintah terus berusaha untuk menekan laju penyebaran, mulai dari menetapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Imbasnya, segala aktivitas masyarakat terpaksa berhenti, termasuk pelaku ekonomi.
Daftar Sektor Bisnis yang Terpuruk Akibat Pandemi
Berikut kilas balik deretan sektor bisnis yang terpuruk selama pandemi Covid-19 berlangsung, terhitung sejak mulai masuk ke Tanah Air sampai transisi menuju endemi.
1. Manufaktur
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa industri pengolahan nonmigas mengalami tekanan cukup berat sebagai dampak dari pandemi. Turunnya utilitas industri hingga menyentuh angka 50 persen menyebabkan ambruknya indeks Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia.
“Ketika daya beli menurun, otomatis perusahaan industri menyesuaikan termasuk penurunan utilitas,” kata Agus dalam keterangan tertulis, pada Kamis (07/05/2023).
2. Pertambangan
Baca juga:
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menuturkan bahwa bidang industri pertambangan, begitu pula minyak dan gas bumi (migas) menjadi korban sejak 2020. “Sektor pertambangan termasuk migas, terpukul parah oleh pandemi Covid-19. Permintaan menurun sangat signifikan. Soal harga minyak, kam melihat volatilitas dramatis,” tuturnya dalam International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) 2020 di Jakarta, Rabu (02/12/2020).
3. Pariwisata
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menjelaskan bahwa perhotelan, restoran, dan sektor lainnya yang berkaitan dengan pariwisata harus menelan kerugian hingga Rp 85,7 triliun. Selama pandemi, ada 2.000 hotel dan 8.000 restoran tutup operasional.
Salah satu wilayah yang sangat mengandalkan laju perekonomian dari pariwisata adalah Bali. Ketika pandemi, warga Pulau Dewata khususnya Nusa Lembongan beralih profesi menjadi pembudidaya rumput laut. Seorang pelaku wisata yang terpaksa bertahan, Luh Widiani dan suaminya mengaku hanya mengantongi Rp 3 juta dibandingkan dari wisata yang bisa menyentuh Rp 10 juta per bulan.
4. Hotel
Senada dengan Hariyadi, Sekjen PHRI Maulana Yusran memaparkan bahwa sebagian pemilik hotel terpaksa melelang aset mereka sejak 2020 lalu. Meski PPKM dicabut dan pemerintah melonggarkan aturan, tidak serta merta mengembalikan situasi seperti sebelum pandemi Covid-19. “Pertumbuhan okupansi sejak 2022 tidak meningkatkan pendapatan dari hotel,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan Tempo pada Rabu, 15 Februari 2023, total terdapat 3.334 hotel yang dijual di situs lamudi.co.id. Harga terendah yang ditawarkan, yaitu Rp 75 juta dan tertinggi sebesar Rp 760 miliar untuk bangunan hotel seluas 25.617 meter persegi di Jakarta Selatan.
5. Pusat Perbelanjaan
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jakarta Ellen Hidayat mengakui bahwa pusat perbelanjaan atau mal tergolong sebagai sektor bisnis yang terpuruk akibat pandemi. Ia melaporkan bahwa banyak mal mengalami penurunan kunjungan berkisar antara 70-80 persen dan penurunan omzet 80-90 persen.
6. Transportasi
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan menyampaikan bahwa banyak perusahaan moda transportasi darat yang kolaps. Sebagian ada yang masih bertahan, tapi tak sedikit pula lebih memilih menutup operasional. “Lengkap sudah penderitaan kami, ada pandemi Covid-19,” katanya pada Sabtu (10/04/2021).
7. UMKM
Menteri Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Teten Masduki menyampaikan data hasil survei bahwa 47 persen UMKM Tanah Air gulung tikar. Wabah virus Corona disebutnya memberi dampak luar biasa terhadap pebisnis yang sedang merintis usaha. “Diramalkan 47 persen UMKM berhenti, kami juga mencatat hal sama,” jelas Teten pada Rabu (20/05/2020).
8. Retail
Berdasarkan catatan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), 600 entitas pengelola 45 ribu gerai belanja menghadapi penurunan omzet barang non-pangan sebesar 60 persen pada 2020. Menurut Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Aprindo Roy Nicholas Mandey, hal itu terjadi karena pembatasan mobilitas dan penurunan daya beli sehingga retail masuk dalam sektor bisnis yang terpuruk akibat pandemi.
Pilihan editor: 9 Sektor Bisnis yang Diperkirakan Bangkit Usai Jokowi Umumkan Endemi
MELYNDA DWI PUSPITA