Selain itu, Achmad menilai skema investasi di IKN tidak menguntungkan investor. "Bagi investor, ada internal rate of return (IRR) atau tingkat pengembalian modal minimal yang harus dipenuhi. Sayangnya, dengan proyeksi jumlah penduduk yang tidak banyak dan besarnya biaya pembangunan karena struktur bangunan diatas tanah gambut maka mereka cenderung memilih mundur."
Selebihnya, kata Achmad, investor seperti UEA, Qatar, dan Saudia melihat investasi overseas memiliki risiko besar. Apalagi sedang terjadi geopolitik. "Mereka cenderung memilih investasi di dalam negeri."
Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) mengklaim semakin banyak investor luar negeri yang berprogres untuk menanamkan modal di proyek IKN. Teranyar, ada dua investor Singapura yang menandatangani Non Disclosure Agreement (NDA) pada Kamis, 8 Juni 2023.
"NDA ini menjadi tahapan penting karena untuk menyusun feasibility study (FS)," kata Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi Otorita IKN, Agung Wicaksono, kepada Tempo, Minggu, 11 Juni 2023.
Untuk bisa memutuskan modal yang akan ditanamkan, kata Agung, investor membutuhkan proses FS untuk memberikan besarnya return of investmen (ROI) atau imbal hasil investasi. "Untuk proyek di IKN, tentu perlu FS yang spesifik," kata dia.
Adapun dua investor Singapura yang baru menandatangani NDA adalah State Power Investment Cooperation (SPIC) dan JOE Green Pte Ltd.
SPIC dan JOE Green Pte Ltd. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang energi baru terbarukan dan pengelolaan limbah. Kedua perusahaan Singapura tersebut termasuk yang sejak awal menunjukkan dukungan besar kepada Nusantara. Tak hanya memberikan Letter of Intent (LoI), mereka turut serta dalam ‘Singapore Business Mission to Nusantara’ yang diselenggarakan oleh KBRI pada 31 Mei 2023 untuk melihat langsung progres pembangunan Nusantara
Pilihan Editor: Terkini Bisnis: Potensi Konflik Warga Singapura di IKN, Pembubaran BUMN yang Tak Bisa Kelola Dapen
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini