Di Indonesia tak dianggap kejahatan, di negara lain dilarang
Pratama Persadha mengatakan program bot seperti saat war tiket konser Coldplay biasanya digunakan para calo. Tujuannya untuk mendapatkan tiket, lalu dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.
Menurut Pratama, hal itu sangat merugikan untuk calon pembeli tiket lainya. Namun sayangnya di Indonesia hal ini tidak dianggap sebagai sebuah kejahatan yang dapat dihukum.
“Selama calo tiket tersebut tidak melakukan pemaksaan pada saat penjualan tiket, serta tiket yang dijual adalah tiket asli,” ujar dia.
Ia lalu membandingkan dengan beberapa negara yang menjatuhkan sanksi kepada para calo yang memanfaatkan momen seperti konser Coldplay itu. Salah satunya Taiwan yang memberikan hukuman penjara tiga tahun serta denda sebesar 50 kali lipat dari harga tiket asli.
Selain itu, di Amerika sendiri syarat serta sanksi terhadap calo sangat bervariasi antar negara bagian. Dengan hukuman maksimal adalah denda sebesar US$ 1.000 dan atau penjara maksimal satu tahun.
“Kanada bahkan memberikan sanksi denda yang lebih besar lagi yaitu Dolar Kanada atau CAD 200.000 untuk tindakan pencaloan yang dilakukan oleh korporasi dan melanggar hukum,” tutur Pratama.
Tak perlu alat canggih, bisa pakai smartphone
Pratama Persadha mengatakan program bot dalam war tiket konser Coldplay cukup mudah. Menurut Pratama, untuk menggunakan program bot, seseorang tidak perlu menggunakan perangkat yang canggih.
“Hampir semua perangkat pintar bisa dimanfaatkan untuk menggunakan bot seperti personal computer (PC) atau laptop, bahkan smartphone,” ujar dia.
Namun tidak semua hal yang pre-sale bisa menggunakan bot, karena ada beberapa metode yang digunakan sebagai penyelenggara untuk mengurangi kesuksesan bot. Contohnya, kata Pratama, seperti penggunaan captcha, pembatasan akses dari IP tertentu karena terlalu banyak koneksi, dan lainnya.
“Penggunaan bot juga dapat membahayakan keamanan data pribadi kita jikalau program bot yang kita gunakan dari internet,” tutur Pratama.
Karena, dia melanjutkan, tidak bisa diketahui apakah ada malware atau ransomware yang ditempelkan ke bot tersebut. “Yang malahan akan menyerang perangkat kita sendiri, mengunci file, serta mencuri data pribadi,” ucap dia.