Faktanya, dia berujar, ransomware yang menyerang mampu menembus perlindungan dan tidak ada satupun produk sekuriti yang mampu mengamankan sistem 100 persen dari serangan ransomware.
“Karena banyak ransomware canggih yang dijalankan secara manual oleh operator yang sangat berpengalaman mencari kelemahan sistem yang diincarnya,” tutur Alfons.
Kebijakan Perlindungan Data Jadi Kunci Utama
Selain itu, Alfons menilai, implementasi dan kebijakan perlindungan data yang disiplin menjadi kunci utama melindungi data dari serangan ransomware. Dia mengibaratkan hal itu sebagai prajurit komando yang hanya berbekal pisau bisa mengalahkan musuh dengan senjata api, karena prajurit tersebut sudah sangat terlatih menggunakan pisaunya.
Alfons juga menyarankan agar jika memilih perlindungan sekuriti, jangan dilihat dari mereknya saja, tapi dari layanan support dan implementasi perlindungan yang diberikan. Perlu mengetahui bagaimana penyedia layanan memberikan perlindungan dan bukti logis apa yang diberikan bahwa data tetap akan selamat sekalipun berhasil dienkripsi oleh ransomware.
“Sudah berapa lama vendor itu menjalankan usahanya dan layanan seperti apa yang diberikan untuk melindungi Anda. Apakah ada support on-site yang handal ketika anda mengalami masalah atau malah dilempar kepada support di luar negeri,” ucap dia.
Menurut dia, salah satu bukti yang perlu diberikan layanan keamanan siber ketika sistem terenkripsi ransomware adalah data masih bisa dikembalikan dalam hitungan detik. Hal itu, kata Alfons, harus diperhatikan dan menjadi pertimbangan utama dalam melindungi sistem dari serangan malware dan ransomware yang terus berevolusi.
Selanjutnya: Alfons menuturkan, perlindungan data dan backup....