KTT ASEAN ke-42 itu dihadiri oleh delapan pemimpin ASEAN. Dari 10 negara anggota ASEAN, hanya kepala negara Thailand dan Myanmar yang tidak hadir dalam KTT ASEAN. PM Thailand Prayut Chan-o-cha absen karena Negara Gajah Putih itu tengah mempersiapkan pemungutan suara pemilu, yang dijadwalkan berlangsung pada 14 Mei 2023.
Sementara itu, Myanmar tidak diundang secara politik dalam KTT Ke-42 ASEAN seiring dengan sikap ASEAN untuk mengecualikan junta Myanmar dalam pertemuan-pertemuan tingkat tinggi organisasi kawasan tersebut. Langkah itu diambil karena militer dianggap gagal menerapkan Konsensus Lima Poin, yakni sebuah rencana perdamaian yang diinisiasi oleh para pemimpin ASEAN pada April 2021 guna membantu mengakhiri konflik di Myanmar.
Sementara itu, PM Timor Leste Taur Matan Ruak hadir dalam kapasitas sebagai pengamat, menyusul status mereka yang secara prinsip telah diterima sebagai anggota ke-11 ASEAN oleh para pemimpin Asia Tenggara di Phnom Penh, Kamboja, tahun lalu. Keanggotaan Timor Leste pun menjadi salah satu bahasan dalam KTT Ke-42 ASEAN karena Keketuaan Indonesia dalam ASEAN 2023 juga memberikan porsi fokus untuk penyiapan peta jalan agar Timor Leste dapat menjadi anggota penuh.
Pada keketuaan kali ini, Indonesia mengangkat tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth yang bermakna ASEAN relevan dan penting sebagai pusat pertumbuhan dunia. Indonesia bertujuan memperkuat kapasitas dan efektivitas kelembagaan ASEAN agar mampu menjawab tantangan 20 tahun ke depan. Indonesia menyatakan akan mengawal kawasan menuju ASEAN 2045 yang perlu lebih adaptif, responsif, dan kompetitif dengan cara-cara yang sejalan dengan prinsip Piagam ASEAN.
Sebagai ketua, Indonesia juga bertujuan memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadikan Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan yang berkelanjutan.
ASEAN didirikan di Bangkok, Thailand, pada 8 Agustus 1967 dan saat ini beranggotakan Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Myanmar, serta Vietnam.
Selanjutnya: Peran Parlemen ...