Selain itu, menurut Josua, indikator yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan tabungan kalangan menengah bawah adalah tingkat pengangguran. Di mana semakin kecil tingkat pengangguran maka jumlah orang yang mempunyai income yang lebih stabil juga meningkat, dan meningkatkan tabungan secara agregat.
“Oleh karena itu, untuk mengembalikan disposable income masyarakat, pemerintah perlu meningkatkan kebijakan yang mampu menyerap tenaga kerja di Indonesia,” tutur Josua.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira juga menjelaskan penyebab tabungan orang kaya di atas Rp 5 miliar tumbuh tinggi dibandingkan nilai tabungan lain. Pertama, kata dia, pada saat terjadi pandemi Covid-19 orang-orang kaya ini lebih pintar untuk menyimpan aset di instrumen yang aman.
Sehingga mereka terhindar dari risiko berlebih terhadap ancaman krisis ekonomi pada waktu puncak pandemi. “Mereka masukan ke aset yang imbal hasilnya bagus, bahkan kemudian mereka juga mendapatkan profit yang cukup tinggi misalnya ketika berinvestasi di sektor kesehatan,” kata Bhima.
Penyebab kedua, dia berujar, banyak orang kaya ini secara struktural bekerja di perusahaan atau memiliki saham di perusahaan berbasis komoditas sumber daya alam atau SDA. Begitu harga komoditas batu bara dan CPO naik tajam sepanjang 2021-2022, Bhima berujar, maka tabungannya otomatis mengalami kenaikan yang signifikan.
Selanjutnya ketiga, Bhima menilai memang ada kebijakan yang lebih berpihak kepada orang kaya, contohnya insentif subsidi mobil listrik. Ditambah lagi banyak fasilitas perpajakan yang diberikan. “Kan enggak perlu itu,” tutur Bhima.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.