Upaya Pemerintah Indonesia
Menurut Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan (Badan Karantina Pertanian), Wisnu Wasisa Putra pemerintah telah melakukan koordinasi aktif dengan pihak pemerintah Singapura—Singapore Food Agency and NS Park. Koordinasi ini sudah dilakukan sejak 28 April 2023 di PT ITS.
Hasil dari koordinasi kedua belah pihak menyebutkan, gejala klinis yang menyebabkan kematian babi di Pulau Bulan mengarah ke Classical Swine Fever (CSF) atau Hog Cholera. “hasil pengujian lanjutan baik oleh Laboratorium BBUSKP dan BVet Bukittinggi adalah positif ASF dan negatif CSF, sehingga perlu dilakukan sequencing untuk mengetahui genom virus terkait kemiripan asal virus,” jelas Wisnu.
Kementerian Pertanian juga memberikan pendampingan pelaksanaan disposal, disinfeksi, dan pelaksanaan biosekuriti. Hal itu dilakukan pasca-penutupan pintu ekspor ternak babi asal Pulau Bulan, Provinsi Kepulauan Riau ke Singapura.
Kompartemen Bebas ASF PT ITS Dibekukan
Sebelumnya, PT ITS telah lama ditetapkan sebagai kompartemen bebas virus flu Afrika. Hal itu tertuang dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan Keputusan Nomor 669/KPTS/PK.320/M/11/2021 tentang Penetapan PT ITS Suaka sebagai Kompartemen Bebas dari Penyakit Demam Babi Afrika (African Swine Fever) pada Ternak Babi.
Namun melihat temuan yang ditemukan, Badan Karantina Kementerian Pertanian pun akhirnya melakukan evakuasi di peternakan tersebut. "Pemerintah (Indonesia) melakukan pendampingan ketat kepada pemilik peternakan hewan babi di Pulau Bulan, PT ITS, setelah dicabut penetapannya sebagai kompartemen bebas ASF di Indonesia," ucap Kepala Badan Karantina Kementan Bambang dalam keterangannya Ahad, 7 Mei 2023.
Selanjutnya: Pulau Bulan Menyumbang 15 Persen Kebutuhan ...