2. Dampak cuaca kurang baik
Keterlambatan pergerakan pesawat terjadi di Tanjung Pandan (TJQ) akibat faktor cuaca yang menyebabkan jarak pandang pendek. Sebagai akibatnya, penerbangan dari Pangkalpinang ke Tanjung Pandan harus kembali ke bandar udara asalnya di Pangkalpinang. Keterlambatan rotasi pesawat ini berdampak pada jadwal penerbangan berikutnya, yaitu rute Pangkalpinang (PGK) - Tanjung Pandan (TJQ) – Pangkalpinang (PGK) – Palembang (PLM) – Batam (BTH).
Hal serupa terjadi pada rute Kualanamu (KNO) - Banda Aceh (BTJ), keputusan pilot untuk kembali ke bandar udara asal rute dimaksud merupakan langkah yang tepat mengingat faktor kecepatan angin di Banda Aceh yang mempengaruhi keselamatan dan kenyamanan penerbangan. Kondisi tersebut mengakibatkan keterlambatan keberangkatan dan kedatangan pesawat pada rute-rute selanjutnya, yaitu Kualanamu (KNO) - Banda Aceh (BTJ) – Kualanamu (KNO) – Batam (BTH) – Kualanamu (KNO).
Menurut Danang, Lion Air telah memberangkatkan (mengudara) penerbangan nomor JT-973 pukul 21.34 WIB dan penerbangan nomor JT-247 pukul 22.30 WIB di hari yang sama Selasa 2 Mei kemarin.
Lion Air mengambil tindakan yang diperlukan guna memastikan agar kendala keterlambatan penerbangan dapat diminimalisir pada operasional berikutnya. "Lion Air berkomitmen senantiasa memberikan layanan yang terbaik dan memprioritaskan keselamatan dan kenyamanan penumpang," tutup Danang.
Pilihan Editor: Penjelasan Lengkap Lion Air Usai Gagal Mendarat di Aceh dan Kembali ke Bandara Kualanamu
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini