Setelah meraih kesuksesan yang begitu besar, Sukanto Tanoto melanjutkan pendidikan manajemen dan bisnis di sekolah terkemuka, seperti INSEAD, Harvard, dan Wharton. Ketika berkuliah di Wharton, ia bahkan sempat mendapat Penghargaan Dekan sebagai pengakuan atas kontribusinya terhadap perluasan ekonomi dan peningkatan taraf hidup global.
Dengan keyakinan yang kuat dalam pembelajaran berkelanjutan, Sukanto Tanoto juga berkomitmen untuk memberikan bantuan pendidikan, khususnya untuk masyarakat pedesaan. Pada 1981, ia dan keluarga pun mendirikan Tanoto Foundation dengan tujuan untuk membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia.
Yayasan tersebut terus berkembang hingga menjadi organisasi filantropi internasional dengan fokus pengembangan sumber daya manusia, terutama pendidikan anak usia dini, pelatihan kepemimpinan, serta riset medis. Kontribusinya sudah merambah sampai China dan Singapura dengan dukungan kemitraan dengan berbagai institusi akademik.
Skandal Bisnis Sukanto Tanoto
Bisnis Sukanto Tanoto bukan berarti sukses tanpa cela. Melansir dari Majalah Tempo 6 Februari 2021, Nama RGE kerap menghiasi media massa terkait isu kerusakan lingkungan, sengketa pajak, dan konflik dengan masyarakat adat.
Begitu pun dengan kekayaannya, Sukanto Tanoto pernah ramai diperbincangkan karena membeli gedung Ludwigstrasse 21 di Muenchen, Jerman, seharga Rp6 triliun pada 2019 lalu. Namun, transaksi tersebut tidak tercatat di Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Pembelian properti mewah tersebut diduga menggunakan perusahaan cangkang (offshore) yang terafiliasi dengan RGE. Itu lagi-lagi diduga sebagai siasat Sukanto Tanoto untuk menyembunyikan kepemilikan aset bernilai fantastis tersebut.
Namun kini, Ludwigstrasse telah tercantum resmi sebagai properti yang dimiliki oleh Pacific Eagle Real Estate, perusahaan pengembang properti milik Sukanto Tanoto.