Ia menyebut sistem yang dimiliki Depo Pertamina Plumpang meniadakan operator pengisian dan menghilangkan kesalahan pencatatan akibat human error operator. Selain itu, Depo Plumpang juga memiliki sistem perpipaan overhead sehingga memudahkan dalam pemeliharaan dan modifikasi.
Pernah dapat penghargaan The Most Efficient Storage
Depo Pertamina Plumpang juga memiliki sistem monitoring dan pengawasan yang redundant untuk menghindari adanya kegagalan operasi dengan menjamin sistem dapat bekerja 24 jam. Bahkan, Terminal BBM ini pun mendapatkan penghargaan 2nd Global Tank Storage Award 2018 dalam kategori The Most Efficient Storage Terminal kedua, setelah Saudi Aramco Terminals.
Kejadian kebakaran semalam sebetulnya juga pernah terjadi di tempat yang sama pada 14 tahun silam. Tepatnya, Depo Pertamina Plumpang juga pernah terbakar pada 18 Januari 2009 sekitar pukul 21.30 WIB. Kebakaran terjadi setelah adanya ledakan di tangki 24 saat sedang dilakukan pengujian tangki.
Kala itu, ledakan terjadi akibat kegagalan pengamanan tangki. Pertamina menyatakan kebakaran tersebut disebabkan kesalahan manusia atau human error. Pasalnya, saat itu setiap tangki sudah dilengkapi dengan sistem pengamanan di antaranya release valve, alat di atap tangki untuk mengeluarkan tekanan berlebih di dalam tangki.
Tangki juga dilengkapi sprinkle atau penyemprot air ke seluruh dinding bagian luar tangki dalam keadaan darurat. Selain itu ada pula saluran foam, sehingga kalau terjadi kebakaran disemburkan busa ke dalam.
Dalam kejadian kebakaran di Depo Pertamina Plumpang pada 2009 tersebut, diperkirakan ada tiga ribu kilo liter premium yang terbuang. Sehingga dengan perhitungan Rp 5.000 per liter, total kerugiannya mencapai Rp 15 miliar.
RIANI SANUSI PUTRI | FAJAR PEBRIANTO | TEMPO.CO
Pilihan Editor: Depo Plumpang Kebakaran, Dirut Pertamina Minta Maaf: Kami Akan Evaluasi dan Refleksi Menyeluruh
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.