Ibrahim mengatakan, PMI AS membaca lebih kuat dari yang diharapkan untuk bulan Februari. Setiap tanda-tanda ketahanan dalam ekonomi AS memberi the Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan kenaikan suku bunga, yang telah diisyaratkan bank akan dilakukan dalam waktu dekat.
“Tetapi kekhawatiran atas perlambatan AS masih bertahan, terutama karena data lain menunjukkan pada hari Selasa bahwa pasar perumahan berada di bawah tekanan,” katanya.
Sementara dari dalam negeri, peningkatan investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) yang mencapai 47 persen diperkirakan bakal menjadi katalis pendukung yang bisa mengangkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah.
Pada 2022, total investasi tercatat di angka Rp1.207,2 triliun. Sementara target 2023 angkanya di kisaran Rp 1.400 triliun.
“Adapun untuk arus masuk dana asing, peningkatannya berlangsung secara bertahap dan terjadi di tiga kelompok industri, yakni primer, sekunder, dan tersier,” kata Ibrahim.
Peningkatan besar arus masuk dana asing atau foreign direct investment (FDI) terjadi antara tahun 2020 dan 2022 di sektor primer dan sekunder, yaitu pertambangan, industri logam dasar dan barang logam, bahan kimia, sementara untuk tersier real estate dan kegiatan usaha.
Salah satu alasan utama di balik lonjakan FDI ini adalah peralihan bersama ke komoditas hilir, smelter, dan aktivitas terkait. Sebagai pilihan kebijakan untuk beralih dari ekspor bijih dan menghasilkan produk dengan nilai jual lebih tinggi.
Ibrahim memprediksi, pada pembukaan perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan akan dibuka berfluktuatif namun tetap ditutup melemah direntang Rp 15.190 - Rp 15.250 per dolar AS.
ADE RIDWAN YANDWIPUTRA
Pilihan Editor: Sebanyak 54 Juta NIK Wajib Pajak Terintegrasi NPWP
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini