TEMPO.CO, Jakarta - Meski pandemi Covid-19 sudah melandai tapi dampak pandemi ini pada sektor perhotelan masih terasa. Banyak pengusaha perhotelan yang bangkrut belum bisa bangkit hingga terpaksa gulung tikar dan menjual hotel mereka. Berdasarkan pantauan Tempo di situs jual-beli online Lamudi.co.id sebanyak 3.334 hotel dilego pada Rabu, 15 Februari 2023.
Lokasi hotel yang dijual beragam, hampir di seluruh provinsi di Indonesia, termasuk Bali yang merupakan destinasi pariwisata utama. Harganya juga beragam, mulai dari puluhan juta rupiah hingga ratusan miliar. Harganya terendah adalah Rp 75 juta menggunakan sistem co-ownership dengan buy back guarantee di tahun ke-20, lokasi hotel ada di Seminyak, Bali.
Sedangkan harga tertinggi adalah Rp 750 miliar untuk sebuah bangunan hotel 26 lantai memiliki luas tanah 5.234 meter persegi dan luas bangunan 25.617 meter persegi. Lokasi hotel tersebut berada di Jakarta Selatan.
Sekretaris Jenderal Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan sebagian pengusaha hotel terpaksa menjual aset mereka karena dampak pandemi Covid-19 sejak 2020 lalu. Bisnis perhotelan adalah salah satu sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19. Banyak pengusaha perhotelan yang bangkrut dan hingga sekarang belum bisa bangkit sehingga mereka terpaksa menjual aset. Kondisi diperparah oleh perekonomian global yang tidak menentu saat ini.
"Situasi Covid sejak 2020 membuat daya tahan para pelaku usaha sangat lemah sehingga tidak mungkin lagi mereka bangkit, kemudian terpaksa harus menjual propertinya untuk menyelesaikan segala kewajibannya," kata Maulana.
Maulana menambahkan, meski PPKM telah dicabut dan pemerintah telah banyak melonggarkan aturan terkait perjalanan, namun hal itu belum mampu untuk mengembalikan kondisi seperti sebelum terjadi Covid-19.
"Pertumbuhan okupansi yang terjadi sejak tahun 2022 tidak serta merta meningkatkan pendapatan dari hotel," kata Maulana.
Pilihan Editor: PPKM Dicabut, Sandiaga Uno Imbau Hotel dan Restoran Tetap Terapkan CHSE