TEMPO.CO, Jakarta - PT BFI Finance Tbk. (BFI Finance) berhasil membukukan kenaikan laba bersih sebesar 59,7 persen year on year (yoy) senilai Rp1,8 triliun. Kenaikan laba bersih ini berasal dari kombinasi total pendapatan yang meningkat 30,6 persen dan biaya operasional yang terkendali.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), laba bersih BFI Finance mencapai return on assets (RoA) dan return on equity (RoE) yang masing-masing berada di posisi 12,2 persen dan 21,9 persen. Secara konsisten mencatatkan RoA dan RoE BFI Finance di atas rata-rata industri tahun 2022, yakni RoA sebesar 5,7 persen dan RoE sebesar 14,4 persen.
Selain itu, hingga akhir tahun lalu, BFI Finance berhasil membukukan aset Rp 22 triliun yang artinya tumbuh melesat 40,3 persen year-on-year (yoy). Sementara dari sisi pembiayaan, perusahaan menyalurkan total pembiayaan baru tertinggi sepanjang sejarah perusahaan, yakni Rp 20 triliun atau naik 52,7 persen yoy.
"Capaian positif ini tak lepas dari mobilisasi masyarakat yang kembali aktif, daya konsumsi yang mulai menggeliat, serta kondusifnya perekonomian nasional sepanjang tahun lalu yang ditunjang oleh ekspor yang gencar dibarengi derasnya aliran investasi ke berbagai sektor usaha. Industri pembiayaan nasional ikut terkerek dengan tren pertumbuhan dan kualitas yang baik sepanjang tahun," ujar Finance Director BFI Finance, Sudjono, pada keterangan tertulis, Selasa 14 Februari 2023.
Sudjono mengatakan walaupun terjadi peningkatan inflasi akibat ancaman resesi di tengah ketidakpastian pasar keuangan global dan berimbas pada kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) sebanyak empat kali selama tahun 2022, dari 3,5 persen menjadi 5,5 persen, tetapi secara keseluruhan dampaknya dapat dikendalikan.
“Berbagai keputusan strategis dan pemutakhiran proses bisnis sepanjang pandemi kemarin telah memberikan hasil yang baik di tahun 2022,” ungkap Sudjono.
Setiap langkah ekspansi yang dilakukan BFI Finance, kata Sudjono, selalu dipertimbangkan dengan saksama, "Selama manajemen risiko dijaga dengan baik dan disiplin menerapkan good corporate governance, masih ada banyak peluang positif bagi perusahaan,” tutup Sudjono.
Pilihan Editor: Harga Pertalite Naik, Tren Pembelian Kendaraan Masih Tinggi