Setelah itu, Amin mengirim video berisi testimoni dan selembar kertas yang diketik mirip buku tabungan dengan saldo Rp 500 triliun ke pemilik barang antik itu. Tapi upaya ini tak membuahkan hasil. Padahal, Amin sudah bertolak dari Banjarmasin pada 10 September 2022 ke Bekasi untuk melihat pedang samurai tiga tombol tersebut.
Belakangan Amin tahu pola yang dipakai mafia barang antik untuk mengelabui calon pembeli, seperti yang orang mengaku punya pedang samurai tersebut. "Misalkan ini saya punya pedang samurai, ayo siapa mediator yang mau ngongkosin saya. Geser ke sini, geser ke situ membawa ke yang bayar. Jadi masyarakat yang kurang tahu itu ketipu, kadang 20 (juta), 50 (juta), ada yang sampai jual mobil,” tutur pria 50 tahun itu.
Bukan untung, Amin malah tekor Rp 30 juta
Dalam hal ini, Amin tekor Rp 30 juta akibat ditipu mafia barang antik tersebut. Awalnya ia menyetor duit Rp 8 juta ke orang suruhan dari si pemilik pedang samurai untuk selamatan. Tapi barang yang ia minati tak kunjung datang. Padahal sudah tak sedikit uang yang dikeluarkan untuk transportasi pesawat, sewa hotel, makan, dan lain-lain.
“Kami yang rugi, tapi saya diam saja. Kerugian kurang lebih Rp 30 jutaan, sama transportasi, kasih yang nungguin. Barangnya enggak ada, dijanjikan saja. Saya kira betul, ternyata enggak ada. Kalau misalnya ada, saya bisa menego lagi. Tiga tombol (Samurai) itu Rp 450 triliun. Satu tombol Rp 150 triliun,” kata Amin yang ketika diwawancarai juga didampingi istrinya, Linda Lestari.
Akibat kehebohan ini, Amin sudah dimintai klarifikasi oleh petugas Ditreskrimsus Polda Kalimantan Selatan. Kepolisian pun akhirnya menutup kasus tersebut. Perihal pemeriksaan dari PPATK, Amin tidak tahu-menahu. “Enggak pernah transaksi kami, dan saya belum bisa apa-apa lagi. Saya kurang tahu,” ujarnya.
Selain berbisnis barang antik dan dagang emas, Amin pernah menggeluti bisnis tambang batu bara di Kabupaten Tanah Bumbu. Kini, Amin dan istrinya mengelola toko baju sederhana di daerah Jalan Mantuil.
Baca juga: Heboh Haji Amin Pamer Saldo Tabungan Rp 500 Triliun, Ini Respons Bankir, Ekonom hingga PPATK
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.