Menurut Hersan, sebagai perusahaan infrastruktur pertambangan batu bara, nikel dan pekerjaan sipil terkemuka yang menyediakan jasa konstruksi untuk sektor publik dan swasta, Hillcon memiliki ekosistem bisnis nikel yang lengkap. Hal itu seiring pertumbuhan penjualan mobil listrik dan peningkatan konsumsi nikel metal industri baterai.
"Ekosistem ini didukung oleh produsen nikel dalam negeri. Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia," ujar dia.
Ia menegaskan jangkauan geografis Hillcon memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya di lokasi yang beragam, dan memberi Hillcon keuntungan dalam memenangkan proyek di seluruh negeri. Saat ini Hillcon beroperasi di sejumlah lokasi, yaitu di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Utara. Hal itu memungkinkan Perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di beragam lokasi di seluruh Indonesia.
"Jangkauan geografis ini juga memberi Hillcon kemampuan untuk menyebarkan sumber daya ke proyek-proyek baru di seluruh negeri dengan lebih cepat, meningkatkan keunggulan kompetitifnya dalam memenangkan proyek-proyek baru," kata Hersan.
Hingga September 2022, Hillcon mengalami pertumbuhan pendapatan yang signifikan. Hal itu didorong oleh peningkatan produksi pertambangan. Perseroan juga mampu mempertahankan margin kotor yang kuat sebesar 27 persen per September 2022.
Hillcon berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp2,17 triliun per September 2022, meningkat 68,22 persen dibandingkan periode sama tahun 2021 sebesar Rp1,29 triliun. Laba kotor Hillcon melesat sebesar 10,39 persen, dari Rp524,6 miliar per September 2021 menjadi Rp579,1 miliar per September 2022. Sementara total aset Hillcon meningkat 28,75 persen, dari Rp2,40 triliun pada 2021 menjadi Rp3,09 triliun per September 2022.
Baca Juga: Targetkan Rp 100 Miliar dari IPO, Ini Rencana Bisnis Perusahan Teknologi Aviana
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.