Tak hanya bankir, Sri Mulyani mengaku juga sering ditanya rating agency soal angka defsit tersebut.
“Sri Mulyani yakin enggak kamu 3 tahun bisa turun di bawah 3 persen. Apakah ini akan menjadi era seperti Amerika Latin? Once you feel, enak ya di atas 3 persen itu, ternyata, so you feel addictive to that deficit,” tutur dia.
Nah, agar bisa kembali disiplin ke rasio defisit yang aman, menurut Sri Mulyani, menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, banyak pihak yang memperkirakan hal tersebut tak mungkin, mirip dengan bagaimana sikap skeptis para rating agency tersebut.
Tantangan menekan defisit
Kalaupun ada determinasi, kata dia, ekonominya mungkin waktu itu juga tidak siap. “Jadi, there are so many real questions dan kita bisa tutup bahkan tidak di sekitar 3 jauh di bawah 3 persen dan tahun ini pun kita juga mendesain (defisit) di 2,87 persen,” ucap Sri Mulyani.
Hal-hal tersebut yang kemudian disebut Sri Mulyani sebagai sebuah epiode sejarah yang memberikan banyak pembelajaran dalam membaca situasi.
Dia lalu mengutip nasihat pujangga Jawa Ronggo Warsito yang intinya 'ojo kagetan, ojo gumunan'. Sri Mulyani membaca pesan itu agar orang jangan selalu kaget dan tidak terlalu kagum atau mudah terintimidasi, apalagi jika memiliki pengalaman.
Filosofi itu, Sri Mulyani berujar, menggambarkan bahwa jika terus belajar, melihat fenomena, membaca data, dan memahami konteks, semuanya akan mempersiapkannya lebih baik.
“Anda akan jauh lebih baik di dalam menyiapkan situasi yang kadang-kadang tidak biasa dan saya berharap tahun 2023 ini seluruh bankir mempersiapkan dirinya meskipun 2022 dalam situasi yang tidak biasa,” kata Sri Mulyani.
Baca juga: Sri Mulyani: Perekonomian 2023 Terancam Resesi hingga Perubahan Iklim
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.