Konsep transisi energi ini telah dirembuk dalam Global Tourism Forum sebagai bagian dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Negara-negara anggota G20 tengah menghimpun dana US$ 200 miliar untuk mendukung wisata yang berbasis keberlanjutan guna menekan dampak perubahan iklim.
Sandiaga menuturkan Indonesia membidik US$ 6-8 miliar dari pengumpulan dana itu. Pendanaan tersebut bakal dipakai untuk mengkonversikan kendaraan konvensional ke listrik serta membangun infrastruktur pariwisata hijau.
Pada tahap awal, konversi kendaraan listrik di destinasi wisata akan diterapkan di ITDC, Nusa Dua, Bali. Pada 2030, Sandiaga menargetkan area Nusa Dua sudah bebas dari kendaraan berbahan bakar minyak (BBM). Secara simultan, kebijakan yang sama akan berlaku di Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, Borobudur, dan Likupang sebagai lima destinasi super prioritas.
"Kemudian menyusul delapan kawasan ekonomi khusus atau KEK. Lainnya, 12 sustainable tourism project akan digarap untuk menggerakkan investasi, tapi dalam konsep sustainibilty," ucapnya.
Selain mengupayakan konversi kendaraan berbahan bakar fosil ke listrik, Sandiaga mengatakan kementeriannya berencana menurunkan sampah makanan untuk menekan emisi karbon. "Sampah makanan berpotensi menymbang 50 persen dari emisi karbon," katanya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini