Tren peningkatan jumlah kendaraan diperkirakan akan terus berlanjut secara konsisten, seiring dengan jumlah pertumbuhan ekonomi penduduk Indonesia. Apabila pertambahan kendaraan tersebut terus disandingi dengan penggunaan BBM, tuturnya, maka Indonesia akan dihadapkan pada peningkatan kebutuhan subsidi BBM.
Pengguna kendaraan listrik memang masih relatif lebih rendah dibanding kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil atau BBM. Per Desember 2022, penjualan motor listrik mencapai 15 ribu unit, sementara mobil listrik sebesar 8 ribu unit.
Angka tersebut masih jauh dibanding total penjualan kendaraan berbahan bakar fosil hingga 6,5 juta unit motor dan 1 juta unit mobil.
"Perbandingan penjualan kendaraan listrik dengan total populasi kendaraan lebih kecil lagi, yaitu 0,01 persen untuk motor dan 0,04 persen untuk mobil," ucapnya.
Insentif bisa menghemat subsidi BBM
Di sisi lain, insentif pembelian sepeda motor listrik bertujuan untuk menghemat pemberian subsidi BBM. Indonesia saat ini adalah negara net importer minyak yang juga melakukan subsidi energi, khususnya subsidi BBM. Sehingga, menurut dia, peningkatan kebutuhan BBM akan berbanding lurus dengan kebutuhan biaya subsidi.
"Di mana sebenarnya, subsidi ini dapat dialokasikan untuk pembangunan Indonesia," kata mantan bos Bukalapak tersebut.
Karena itu, Rachmat menilai akselerasi penggunaan kendaraan listrik dapat menjadi solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan subsidi BBM. Pemerintah mengaku telah mengeluarkan landasan kebijakan untuk mendorong percepatan adopsi kendaraan listrik di dalam negeri.
"Saya optimistis bahwa akselerasi penggunaan kendaraan listrik merupakan solusi praktis terhadap tantangan emisi GRK (gas rumah kaca) dan subsidi BBM. Teknologi KBLBB sudah terbukti kehandalannya di berbagai negara," kata Rachmat.
Baca juga: Luhut Cerita Alasan Pilih Liburan di Dalam Negeri: Kalau ke Luar Negeri Kedinginan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.