BPS dan Bapanas pun akan melakukan survei dan evaluasi soal pasokan beras di Indonesia pada 31 Desember nanti. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, pihaknya bersama BPS akan memverifikasi data stok yang telah tercatat dengan yang sesungguhnya tersedia di lapangan.
Arief menegaskan Indonesia hanya memiliki satu data pangan nasional, yaitu yang dirilis BPS. "Jadi tidak ada selisih antara penghitungan Kementan, Kemendag, dan Bapanas. Perlu saya luruskan," ucapnya.
Adapun yang menjadi tantangan Indonesia dalam menyerap pasokan beras untuk gudang Bulog, menurut dia, hanyalah soal harga. Sebab, harga beras domestik masih tinggi bila dibandingkan dengan beras impor. Ia mencatat, harga beras impor berkisar Rp 8.500 sampai Rp 9 ribu per kilogram, bergantung pada jenis dan kualitasnya. Sementara harga rata-rata beras di penggilingan domestik mencapai Rp 10.300 per kilogram, berdasarkan data dari Kementan.
Sementara stok cadangan beras di Bulog kini tersisa 514 ribu ton dan perlu ditambah hingga 1,2 juta ton sampai akhir tahun. Cadangan beras ini penting, terlebih jika terjadi sesuatu seperti bencana gempa di Cianjur atau banjir di Jakarta.
"Negara itu harus hadir disana. Negara tidak boleh tidak punya stok," ujar Arief.
RIANI SANUSI PUTRI
Baca: Inflasi November Turun jadi 5,42 Persen, BPS: Tertinggi di Tanjung Selor
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini