TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku sering blusukan ke pasar tradisional salah satunya untuk meninjau harga sejumlah barang kebutuhan pokok. Hal itu dilakukannya dalam berbagai kesempatan kunjungan di daerah.
Melihat langsung perkembangan harga kebutuhan pokok di pasar itu dilakukan, kata Kepala Negara, agar ia yakin membuat kebijakan yang tepat.
Baca: CEO GoTo Minta Maaf Tak Dapat Sampaikan Keputusan PHK Lebih Awal
“Baru saja tadi pagi saya juga masuk ke pasar di Boyolali, saya cek harga-harga yang naik apa, harga yang stabil apa," ucap Jokowi, dalam arahannya pada pembukaan Musyawarah Nasional XVII Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Tahun 2022 di Solo, Jawa Tengah, Senin, 21 November 2022. "Supaya kita dapat feeling-nya. Jangan keliru kita membuat kebijakan."
Ia pun menyebutkan kondisi neraca perdagangan Indonesia yang selama 30 bulan berturut-turut selalu surplus harus disyukuri. Sedangkan kondisi serupa belum tentu terjadi di negara lain.
Lonjakan inflasi di semua negara
Meski begitu, tetap masih ada sejumlah masalah lain yang tengah dihadapi Indonesia, dan juga banyak negara lainnya. “Sekarang ini urusan yang namanya BBM saja, pusing semuanya. Urusan yang namanya pangan kekurangan semuanya. Ini semua negara, kenaikan (harga) bisa 30 persen, bisa 40 persen, bisa 50 persen," ucapnya.
Jokowi pun memastikan bahwa pemerintah akan terus berupaya agar tetap menjaga stabilitas harga sejumlah kebutuhan pokok. Namun demikian, tetap ada kehati-hatian dalam pengambilan kebijakan. "Ini stabilitas harga kita masih bisa kita pertahankan, ini lah yang harus kita sampaikan agar kita optimis tetapi harus tetap hati hati dan harus tetap waspada,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengingatkan agar seluruh menteri di kabinetnya berhati-hati dalam membuat kebijakan di tengah situasi krisis global yang terjadi saat ini. Ia pun mencontohkan kesalahan pengambilan kebijakan di Inggris yang berdampak luas agar tak terjadi di Tanah Air.
“Hati-hati membuat kebijakan, begitu salah sedikit, bisa berdarah-darah dan itu sudah ada contohnya. Saya kira saudara-saudara tahu. Inggris salah sedikit kebijakan, salah membuat policy hasilnya bisa ke mana-mana. Ini lah yang kita tidak mau," kata Jokowi.
Selanjutnya: Apalagi kondisi perekonomian global ...