Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmadja pun mengungkapkan hal yang senada. Ia berujar pelemahan daya beli di Eropa dan Amerika Serikat memicu kenaikan impor produk tekstil ke Indonesia dari negara-negara penghasil tekstil lainnya, seperti Cina, Bangladesh, Vietnam, dan India. Alhasil, terjadi daya saing yang ketat di dalam negeri.
"Mencoba membanjiri produknya ke sini karena Indonesia merupakan negara dengan populasi keempat terbesar dan inflasinya tidak separah negara lainnya," kata Jemmy saat dihubungi Tempo, Kamis, 27 Oktober 2022.
Situasi tersebut, menurutnya, sangat mengganggu industri tekstil secara nasional. Di satu sisi, permintaan ekspor menurun tetapi di sisi lainnya pasar dalam negeri dibanjiri produk impor. Gangguan itu menurutnya membuat utilisasi industri tekstil menurun tajam. Dampaknya, terjadi pengurangan jam kerja karyawan yang akhirnya memicu pemutusan hubungan kerja atau PHK.
Adapun penurunan ekspor komoditas tekstil telah terjadi sejak September 2022. Ia bahkan memperkirakan penurunannya terjadi lebih parah pada tahun depan. Jemmy berharap pemerintah Indonesia bisa menjaga pasar dalam negeri untuk membangkitkan industri tekstil Tanah Air. "Perlindungan pasar dalam negeri sangat di butuhkan," kata dia.
RIANI SANUSI PUTRI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini