TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Keuangan Indonesia periode 2013-2014, Muhammad Chatib Basri, menjelaskan prediksi kondisi ekonomi Amerika Serikat tahun depan. Beberapa hari lalu, kata dia, angka core inflation Amerika Serikat diumumkan lebih tinggi daripada yang diperkirakan, bahkan core inflation di bulan September itu lebih tinggi daripada bulan Agustus.
“Implikasinya adalah saya bisa memperkirakan bahwa mungkin dalam Federal Open Markets Committee (FOMC) meeting nanti The Fed akan secara agresif menaikkan bunga. Sehingga kemungkinan bahwa kenaikan fed fund rate 75 basis poin itu cukup besar, lalu akan naik lagi nanti mungkin 50 basis poin pada Desember,” kata dia.
Chatib menilai dengan kondisi seperti ini maka implikasinya adalah bukan tidak mungkin bahwa ekonomi Amerika akan memasuki resesi. Dan ini sebetulnya adalah sesuatu yang secara natural memang harus dilakukan karena pasar tenaga kerja di Amerika itu sangat ketat sekarang.
Tingkat penganggurannya, dia berujar, 3,7 persen, padahal tingkat pengangguran normal di Amerika secara natural itu 5 persen. Bekas Menteri Keuangan Amerika Serikat dan sekarang Profesor Harvard Kennedy School Larry Summers, kata Chatib, juga mengatakan bahwa untuk mengatasi inflasi Amerika itu dibutuhkan resesi.
Larry H. Summers mengatakan Amerika butuh resesi, Chatib berujar, dalam arti kata pengangguran 10 persen selama setahun atau pengangguran 7,5 persen selama 2 tahun atau pengangguran di atas 5 persen atau 6 persen selama 5 tahun. “Jadi sebetulnya resesi Amerika itu adalah by design untuk content inflation,” ucap dia.
Dengan kondisi seperti itu, Chatib memperkirakan kalau kondisi Amerika mengalami resesi, itu probabilitasnya ada. Karena ada satu hal yang sering dilupakan oleh policy maker bahwa monetary policy itu punya lag.
Jadi, dia menuturkan, jika menaikkan bunga sekarang, bukan berarti bahwa inflasinya akan turun seketika. Namun, masalahnya adalah kenaikan bunga dari The Fed itu belum mencerminkan hasil, sehingga The Fed terus agresif, tapi bukan tidak mungkin di dalam beberapa bulan ke depan itu dampak moneternya baru akan kelihatan.
“Kalau ini yang terjadi maka kontraksinarinya bisa terjadi lebih dalam daripada perkiraan awal,” tutur Chatib Basri.
Baca Juga: Dunia Melihat Indonesia sebagai Negara Super Power Mini, Apa Maksud Luhut
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini