TEMPO.CO, Jakarta -Badan Pangan Nasional/ National Food Agency (NFA) melakukan fasilitasi penyerapan live bird atau ayam hidup melalui kerja sama dengan BUMN serta asosiasi peternak dan pedagang. Hal itu dilakukan untuk menjaga stabilitas harga ayam hidup di tingkat peternak yang akhir-akhir ini terindikasi anjlok.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan sudah mulai menyerap 10 ton ayam hidup langsung dari peternak dalam dua hari ini seharga Rp 21.000 per kg. Jumlah ini masih akan bertambah seiring dengan upaya penyerapan yang terus dilakukan di bulan selanjutnya.
“Ini merupakan salah satu langkah strategis untuk memberikan kepastian harga live bird di tingkat peternak. Serta sebagai upaya kongkrit dan akan terus dilakukan dengan menggandeng berbagai stakeholder peternakan,” ujar dia lewat keterangan tertulis yang dikutip Selasa, 13 September 2022.
Arief menjelaskan upaya ini merupakan hasil dari kolaborasi NFA bersama BUMN dan Asosiasi Perunggasan. BUMN melalui Perum Bulog dan Holding BUMN Pangan yang diwakili PT Berdikari, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), dan BGR Logistik Indonesia menyiapkan intrumen penyerapan dan logistiknya, sedangkan Asosiasi menyiapkan stok ayam hidup.
Asosiasi yang terlibat dalam kerja sama ini, kata dia, di antaranya adalah Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), dan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar).
“PT PPI dan PT Berdikari selaku offtaker melakukan pencarian dan pembelian live bird di lokasi sentra. Sedangkan, NFA memberikan fasilitasi distribusi pangan dari lokasi kandang ke rumah potong unggas atau RPU,” kata dia. “Selanjutnya, BUMN Pangan menyalurkan hasil produksi daging ayam ke Horeka dan distributor lainnya.”
Penyerapan ayam hidup langsung dari peternak oleh BUMN Pangan, Arif berujar, dilakukan dengan harga yang wajar sesuai Harga Acuan Pembelian dan Penjualan (HAP) daging ayam yang disusun dan disepakati stakeholder perunggasan. Sebagai solusi jangka panjang, katanya, NFA bersama stakeholder peternakan telah menyusun dan menyepakati HAP daging ayam ras/live bird di tingkat peternak, yaitu Rp 21-23 ribu.
“Angka ini berdasarkan perhitungan berbagai komponen biaya yang membentuk harga pokok produksi, seperti harga DOC, pakan, rata-rata berat panen, obat dan vaksin, serta biaya operasional,” tutur Arief.
Saat ini, HAP tersebut sedang dalam proses untuk diundangkan dalam peraturan Badan Pangan Nasional. Arief meminta seluruh pelaku usaha dan stakeholder perunggasan nasional harus komitmen menjalankan HAP tersebut. “Sehingga stabilitas harga daging ayam baik di tingkat peternak dan konsumen dapat terjaga,” ucap dia.
Berdasarkan data Panel Harga Pangan NFA, per 11 September 2022 harga rata-rata nasional ayam hidup tingkat produsen Rp 21.380 per kilogram. Dengan harga tertinggi Rp 24.170 di Kalimantan Selatan dan terendah Rp1 7.000 di Sumatera Selatan.
Untuk ketersediaan daging ayam ras, berdasarkan data Neraca Pangan Nasional, sampai akhir September 2022 diperkirakan stok daging ayam ras berada di 602 ribu ton, sementara sampai akhir Desember 2022 berada di angka 903 ribu ton. “Dapat dikatakan untuk ketersediaan daging ayam ras nasional berada di posisi aman,” katanya.
Menurut Arief, upaya menjaga ketersediaan pangan lainnya juga terus dilakukan. Stok pangan dipantau secara harian naik-turunnya. “Hal ini sesuai arahan Presiden Jokowi agar kita semua meningkatkan kewaspadaan di tengah ancaman krisis pangan global,” ujar Arief.
Baca Juga: Harga Telur di Makassar Tembus Rp 60 Ribu per Rak, Pedagang Minta Segera Distabilkan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.