TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Utama Holding Pangan ID Food, Frans Marganda Tambunan menjelaskan Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Pangan memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan pangan. Menurut dia ketahanan pangan adalah tentang kecukupan pangan dari manapun sumbernya, baik dari dalam negeri produksi lokal maupun dari luar.
“Tapi kalau kita berbicara tentang ketahanan pangan nasional tentu 90 persen berasal dari Indonesia,” ujar dia lewat keterangan tertulis pada Selasa, 23 Agustus 2022.
ID Food berupaya mewujudkan pemerintah dalam hal ketahanan pangan. Visi ID Food, kata dia, adalah menjadi perusahaan produsen pangan berkualitas, dengan misinya mendukung Indonesia dalam swasembada pangan, supaya masyarakat dapat mengkonsumsi makanan berkualitas tinggi.
“Juga memperluas kemampuan menghasilkan produk berkualitas dalam skala besar untuk pasar domestik dan global,” kata Frans.
Lebih lanjut, Frans berujar, ID Food memiliki target sesuai dengan amanat Pemegang Saham sampai tahun 2025 nanti akan memproduksi pangan tidak hanya mengandalkan produk milik kita sendiri. ID Food bisa bermitra dengan 2 juta peternak, petani, dan nelayan untuk mengupayakan produksi pangan yang berkualitas tinggi.
Selain itu, dalam menjaga ketahanan pangan, ID Food dilengkapi beberapa sektor di antaranya sub klaster pertama peternakan dan perikanan, kedua pertanian dan agroindustri, ketiga perdagangan dan logistik, dari yang produksi hingga mendistribusikan. “ID Food ada semua,” tutur dia.
Frans merinci mulai dari sektor peternakan dan perikanan, peran ID Food adalah meningkatkan kontribusi terhadap persediaan sumber protein berupa komoditas ikan yang dikelola PT Perikanan Indonesia. Tujuannya menjadi perusahaan industri perikanan yang menguntungkan dengan memperbaiki pengelolaan produksi ikan seperti tuna dan cakalang.
Di sektor peternakan yang dikelola PT Berdikari, tujuannya untuk bisa menjadi top lima perusahaan peternakan ayam dan sapi di Indonesia. ID Food sudah mulai berperan dalam DOC ayam yang sebelumnya 100 persen dikuasai oleh pihak swasta.
“Untuk unggas sudah surplus, ID Food juga ditugaskan untuk mengurangi angka impor sapi yang masih defisit,” ucap dia.
Kemudian sektor pertanian dan agroindustri, peran ID Food adalah memastikan ketersediaan lahan pangan seperti gula, beras dan garam. Untuk gula dikelola PG Rajawali I, PG Rajawali II, Candi Baru yang kontribusinya cukup signifikan untuk produksi gula nasional kurang lebih sekitar 12 persen
Seperti diketahui, kata Frans, Presiden Joko Widodo alias Jokowi baru-baru ini mencanangkan Program Swasembada Gula tahun 2025, gula konsumsi sebesar 3,2 juta ton. Angka produksi lokal saat ini 2,3 ton, masih defisit sekitar 800 ribu ton.
Untuk gula, ID Food bersinergi dengan PTPN untuk mendukung program swasembada gula. “Nah yang menjadi tugas kami adalah nanti akan melakukan banyak revitalisasi pabrik gula, juga perluasan lahan untuk bisa menjamin ketersediaan bahan baku tebu,” ujar Frans.
Sedangkan di sektor pertanian lainnya ada PT Sang Hyang Seri yang fokus bisnisnya adalah penyediaan benih beras dan holtikultura. Selain itu untuk sektor agroindustri ada PT Garam yang memiliki target menjadi produsen garam konsumsi terbesar dan kedepan akan meluaskan segmen bisnis untuk garam Industri.
“ID Food pun akan bertransformasi dengan modernisasi tambak garam untuk mendukung peningkatan produktivitas garam,” kata dia.
Di sektor perdagangan dan logistik, di antaranya ada PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) yang fokus terhadap distribusi pangan. Perusahaan itu diharapkan dapat menjadi agregator dari produk-produk yang ada di sektor peternakan dan perikanan, pertanian dan agroindustri yang dikelola ID Food.
Anggota holding lainnya yang bergerak di pendistribusian ada juga PT Rajawali Nusindo dan PT GIEB Indonesia. “Kalau digabungkan kami memiliki lebih dari 80 cabang tersebar seluruh Indonesia yang kami andalkan untuk distribusi pangan,” tutur Frans.
Pada sektor distribusi pangan, ID Food juga menyediakan platform seperti Warung Pangan untuk membantu UMKM. Frans menilai jika berbicara mengenai ketahanan pangan tentu diperlukan dukungan pemerintah.
Dia juga menanggapi isu gejolak harga dan suplai pangan yang kontribusinya dari pihak swasta. Jadi, kata Frans, yang dibutuhkan adalah bagaimana memperkuat peran pemerintah melalui BUMN untuk memperluas market share-nya. “Kami optimistis ID Food dapat berkontribusi 5-10 persen di market dengan bantuan intervensi dari pemerintah,” ucapnya.
Baca Juga: Harga Telur Ayam Melonjak jadi Rp 31 Ribuan per Kg, Bos ID Food Sebut Bansos jadi Pemicu
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.