Ditambah, makin banyaknya lahan subur di Jawa yang sudah berubah fungsi menjadi lahan non-pertanian. "Ini harus ada pengurangan konsumsi, kalau bisa konsumsi beras di Indonesia harusnya lebih rendah dari yang sekarang," ujarnya.
Selain itu, Kementerian Pertanian memperkuat cadangan dan sistem logistik pangan. Misalnya, melalui program penguatan Cadangan Beras Pemerintah Provinsi (CBPP) dan Penguatan Cadangan Beras Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pengembangan pertanian modern juga dapat menjadi cara untuk menghindari krisis pangan. Salah satunya dengan mengembangkan sistem Smart Farming, yaitu pengembangan dan pemanfaatan screen house untuk meningkatkan produksi komoditas hortikultura di luar musim tanam. Sistem ini khususnya diperuntukkan bagi cabai, bawang, dan komoditas pangan lainnya yang bernilai ekonomi tinggi.
Kemudian, Ismail melihat pengembangan food estate yang tengah gencar dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan Kalimantan Tengah juga menjadi strategi menjaga harga dan pasokan. Lahan food estate ini ditanami beras dan jagung.
Ismail berujar, moderenisasi sistem pertanian tak dapat dihindari meskipun petani-petani di Indonesia sudah banyak yang tak lagi muda. "Sehingga harus digantikan atau perlu ada tenaga modernisasi dalam pertanian," ucapnya.
Adapun perubahan iklim global turut mendorong ancaman krisis pangan semakin besar. Beberapa tempat di Indonesia, tutur dia, mengalami iklim panas yang merusak pertanian sehingga beberapa komoditas terancam gagal panen.
Di samping itu, kondisi geopolitik perang Rusia dan Ukraina juga menyebabkan harga pangan terganggu, khususnya harga gandum di dunia. "Pergerakan harga pangan yang luar biasa. Di satu sisi, kita banyak mengimpor gandum hampir 11 juta ton," ucapnya.
Ia mengungkapkan, kemandirian pangan saat ini adalah hal yang mendesak. Oleh karena itu, penunjang kemampuan negara dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup adalah prioritas.
"Sebab kedaulatan pangan baru bisa dicapai ketika negara bisa secara mandiri menentukan kebijakan pangannya," ujarnya.
RIANI SANUSI PUTRI
Baca Juga: Kemendag Targetkan Ekspor Besi dan Baja di Tahun Ini USD 30 Miliar
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.