Erick berujar bandara Kualanamu harus bisa menandingi dominasi Bandara Changi Singapura dan Bandara Kuala Lumpur Malaysia dengan menjadi gerbang dunia internasional. Tujuannya, untuk dapat memperkenalkan Indonesia melalui pintu Sumatera. Selain itu, hal ini bertujuan untuk menekan tingginya biaya logistik Indonesia yang saat ini sebesar 23 persen atau lebih tinggi dari rata-rata dunia yang sebesar 13 persen.
"Kerja sama yang kita tekankan bagaimana Sumatera Utara penting kita dorong sebagai pusat pertumbuhan baru ekonomi Indonesia agar memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan lima persen per tahun akan terus tumbuh sampai 2045. Sehingga kita jadi negara ekonomi terbesar keempat dunia," ucap Erick.
Adapun peningkatan kualitas Bandara Kualanamu menurutnya, juga dapat mendukung penguatan ekosistem pariwisata yang saat ini telah kembali tumbuh positif seiring dengan landainya kasus Covid-19 di Indonesia saat ini.
Di sisi lain, kata Erick, Bandara Kualanamu harus mengikuti jejak Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara I Gusti Ngurah Rai yang mengaktifkan kembali parade budaya sebagai panggung tetap untuk seni, budaya, dan UMKM Indonesia. Ia mencontoh Korea Selatan yang menurutnya berhasil mengelola fasilitas publik dengan kelestarian budayanya.
"Korea saja bisa, maka Indonesia juga harus bisa. Kepada jajaran BUMN sektor pariwisata, terus lanjutkan program transformasi kita dalam mengembangkan dan memperkuat ekosistem pariwisata Indonesia. Lakukan bisnis secara profesional dan bangun kemitraan strategis dengan mitra-mitra yang profesional," kata Erick.
Baca Juga: AirAsia Buka Kembali Rute Penerbangan Aceh-Kualanamu