Henry menambahkan, alasan ketiga yakni meski terdapat kenaikan harga gandum dan minyak mentah global yang berpotensi mengerek inflasi, peningkatan harga batu bara, minyak sawit, dan nikel akan memberikan pendapatan yang lebih tinggi kepada Indonesia.
"Dengan demikian dampak shock harga komoditas terhadap kondisi fiskal seharusnya negatif, tetapi modest atau sederhana," ucap dia.
Meski begitu, dirinya memperkirakan inflasi yang kemungkinan meningkat hingga 3,6 persen pada tahun ini akibat kenaikan harga makanan dan bahan bakar akan memberi tekanan kepada kebijakan subsidi pemerintah.
Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) pada tahun ini diperkirakan tak begitu suportif karena Bank Sentral akan meningkatkan kebutuhan cadangannya, sementara pembagian beban bersama pemerintah alias burden sharing juga hanya akan dilakukan sampai akhir tahun ini.
BACA: ADB Siap Bantu Otorita, Mulai dari Merancang IKN hingga Menggalang Pembiayaan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu