Sementara itu, penurunan CO2 di sektor energi dan transportasi justru membutuhkan biaya yang sangat besar, yaitu Rp 3.307,2 triliun untuk mencapai target emisi 29 persen atau Rp 3.500 triliun untuk target 41 persen.
"Ini jadi suatu tantangan karena negara yang mau terus maju dan berkembang pasti kebutuhan energi dan transportasinya meningkat," ungkap dia.
Dengan demikian, dia menilai anggaran negara tak bisa sendirian membiayai kebutuhan penurunan CO2 tersebut karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sudah bekerja keras selama dua tahun terakhir untuk menghadapi pandemi.
Maka dari itu, kata Sri Mulyani, dibutuhkan partisipasi seluruh pihak untuk bergotong-royong mengatasi perubahan iklim di Indonesia.
ANTARA
Baca: Kata Stafsus Sri Mulyani Soal Gilang Juragan 99 Lapor SPT dan Ikut Tax Amnesty
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.