TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali menyinggung kenaikan harga minyak mentah yang dulunya hanya US$ 50 sampai 60 per barel, kini naik menjadi US$ 118 per barel atau dua kali lipat. Konsekuensinya, harga BBM di negara yang tidak memberi subsidi naik sampai dua kali lipat atau 100 persen.
"Bayangkan kita naik kadang-kadang 10 persen saja, demonya 3 bulan," kata dia dalam acara Pengarahan tentang Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia pada Jumat, 25 Maret 2022.
Isu ini disinggung Jokowi di tengah kebijakan pemerintah yang masih mempertahankan harga BBM. "Kita di sini masih nahan-nahan," kata Jokowi di Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Jawa Tengah, Jumat, 11 Maret silam.
Di sisi lain, Indonesia sebagai pengimpor minyak mentah dunia, tiap tahun harus mensubsidi harga jualnya ke masyarakat. Sepanjang 2021, subsidi energi mencapai Rp 131,5 triliun, melonjak dari 2020 yang sebesar Rp 110,5 triliun.
Dari angka Rp 131,5 triliun, pos terbesar yaitu untuk subsidi BBM dan LPG sebesar Rp 83,7 triliun. Sementara tahun ini, subsidi energi di bulan pertama sudah tembus Rp 10,2 triliun atau melonjak 347,2 persen dari Januari 2021.
Lebih lanjut, Jokowi juga menyinggung harga kebutuhan lain juga ikut-ikutan naik, seperti gas dan pangan. Selain harganya yang naik, stoknya juga langka seperti gandum dunia yang dipasok dari Ukraina, Rusia, dan Belarusia. "Semuanya lari kemana-mana kelangkaan energi, kelangkaan pangan," kata dia.
Berikutnya Jokowi kembali menyinggung kelangkaan kontainer untuk kesekian kalinya. "Jangan main-main dengan kelangkaan kontainer, harganya 5-6 kali lipat harga normal," kata dia.
Dahulu dalam keadaan normal, kata eks Wali Kota Solo ini, sangat mudah mencari 1000 sampai 2000 kontainer dalam waktu satu hari. Tapi sekarang untuk mencari satu aja sulit sekali karena ada disrupsi dan kelangkaan ini.
Akibatnya, distribusi barang terganggu, baik dari negara ke negara lain, maupun dari provinsi ke provinsi yang lain. Pre-cost pada kontainer ini pun naik 6 kali lipat dan akhirnya membuat konsumen membeli jauh lebih mahal, serta harga akan naik. "Hal-hal seperti ini semua kita harus mengerti, larinya ke mana harus mengerti yang titik akhirnya kenaikan inflasi," ujarnya.
Baca Juga: Terpopuler Bisnis: Juragan 99 Jawab Tudingan, Cara Kerja Investasi Ilegal