Menurut Wawan, setiap investor tentu belajar dari investasinya di perusahaan sejenis di masa sebelumnya. Tapi emiten seperti GOTO memiliki model bisnis yang berbeda, karena sangat terintegrasi dengan jejaring yang sangat luas di dalam ekosistemnya.
Adapun penawaran umum perdana saham (IPO) PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terus memantik perbincangan para pelaku pasar. Sebagai calon emiten dan salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara, GOTO kelihatannya juga memahami kekhawatiran investor terhadap proses sahamnya.
Itu sebabnya sejumlah langkah dilakukan penguasa market share ride hiling dan e-commerce di Indonesia ini untuk meyakinkan para calon investornya. Sejumlah strategi telah disiapkan GOTO untuk menjaga kinerja sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak terpuruk usai melantai 4 April nanti.
Cara pertama yang dilakukan GOTO adalah lock up period bagi pemegang saham lama dan pemilik hak suara multipel (SHSM). Sesuai dengan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nomor 22/POJK.04/2021 tentang penerapan klasifikasi saham dengan hak suara multipel atau multiple voting shares (MVS), para founder memiliki hak suara lebih banyak (voting rights) dari pemegang saham lainnya, meski jumlah sahamnya sama.
Adanya ketentuan ini membuat pemegang saham eksisting dilarang menjual atau memindahtangankan saham GOTO miliknya. Periode waktunya antara 8 bulan sampai dengan 2 tahun, tergantung klasifikasi saham yang dimiliki.
Selain dimiliki oleh para pendirinya, seperti Andre Sulistyo, Kevin Aluwi, William Tanuwijaya, pemegang saham GOTO melibatkan sejumlah investor global dengan reputasi top. Sebut saja Taobao China Holding Limited Q dan SVF GT Subco (Singapore) Pte. Ltd.