Pergeseran portofolio investasi ini sebagai strategi BPJS Ketenagakerjaan dalam menghadapi situasi pasar yang tengah bergejolak. "Kami melihat dengan situasi volatile, kami perlu mengurangi eksposur di instrumen yang berbasis equity karena kami juga harus jaga dana pekerja jangka panjang," ucap Anggoro.
Dengan kondisi pasar yang masih bergejolak, kata Anggoro, BPJS Ketenagakerjaan menggeser sejumlah portofolionya ke produk fix income. "Kalau volatile membaik, kami akan masuk ke instrumen yang punya return lebih baik."
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira sebelumnya mengkritik penurunan imbal hasil pengembangan JHT. Hal tersebut dinilai menambah kekhawatiran bagi para peserta.
Salah satu penyebab turunnya imbal hasil adalah keandalan BPJS Ketenagakerjaan dalam mengelola investasi. Bhima menyebutkan, dari tahun ke tahun, pertumbuhan dana hasil investasi JHT tidak tumbuh signifikan.
Walau nilai dana investasi dan hasil investasinya terus naik, tapi pertumbuhan hasil investasi JHT malah turun. Bhima menilai seharusnya BPJS Ketenagakerjaan bisa lebih cepat mengantisipasi tren penurunan dari angka pertumbuhan dana investasi JHT. Apalagi hal itu terjadi jauh sebelum pandemi Covid-19.
Data pada tahun 2016 menunjukkan pertumbuhan dana investasi JHT BPJS Ketenagakerjaan mencapai 19,9 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tapi setahun sebelum pandemi merebak, yaitu tahun 2019, dana investasi JHT hanya tumbuh 13,7 persen.
BISNIS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.