Sementara itu, Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat, Andi Akmal Pasluddin, menilai masalah gejolak harga minyak goreng terjadi sejak akhir tahun lalu dan hingga kini tidak ada penyelesaian yang signifikan.
“Masyarakat sebagai konsumen pun semakin berat dengan rendahnya daya beli, berbagai komoditas naik termasuk minyak goreng kemasan sederhana, minyak goreng kemasan premium,” kata politikus PKS tersebut.
Tak hanya minyak goreng, berbagai komoditas yang naik harganya adalah adalah daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, bawang merah putih, dan kedelai sebagai bahan baku tahu tempe. Ia meminta pemerintah bisa menstabilkan gejolak harga tersebut sebelum datang bulan puasa.
“Ketika sudah dekat puasa dan lebaran yang dalam kondisi normal saja terjadi lonjakan harga. Apalagi kondisi saat ini yang masih situasi pandemi, situasi cuaca kurang bersahabat, efek perdagangan luar negeri yang kurang kondusif, dan kondisi pupuk sebagai pendukung utama produksi pangan masih kacau,” kata Akmal.
Ia mengingatkan agar pemerintah mengamankan ketersediaan dan pola distribusi bahan kebutuhan pokok yang baik agar tidak menimbulkan ketidakseimbangan stok antara daerah, kota besar, dan perdesaan antara pulau Jawa dan non pulau Jawa. “Dan yang paling penting adalah harganya. Mesti terjangkau oleh masyarakat luas,” ucapnya.
Akmal meminta agar jangan sampai orang-orang tertentu yang menikmati pangan layak dan berharap berbagai kementerian mampu memberi solusi atas persoalan pangan pokok yang sangat buruk sekali dalam puluhan tahun terakhir. “Terbukti bahwa negeri penghasil CPO terbesar di dunia, akan tetapi rakyatnya kesulitan mendapat minyak goreng yang terjangkau."
ANTARA | MUTIA YUANTISYA
Baca: JET Express Umumkan Berhenti Beroperasi Bulan Ini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.