Harga saham Astra sudah turun dari Rp 4.000 ke Rp 450, nahas dua pekan kemudian, harganya malah makin anjlok tinggal setengahnya ke Rp 225.
“Jadi ternyata apa yang kita pikir udah murah, kalau lagi krisis itu pasar itu sudah sangat emosional, tidak rasional, ternyata masih bisa turun 50 persen lagi. Untung saya pegangin, saya udah nggak sanggup cut loss lagi, nggak sampai sebulan dia naik ke Rp 700,” ujarnya.
Selanjutnya, dia investasi di saham yang lain, dengan strategi nekat, cari saham yang bagus, dan semuanya dorong ke satu saham.
“Nggak ada pikir untuk diversifikasi lagi, tapi ya alhamdulillah setahun kemudian recover. Take profit-nya saya jual di 700. Kecepetan itu sebetulnya. Tapi waktu itu, pelajaran yang bisa kita ambil itu market itu sangat emosional, waktu turun nggak kira-kira, waktu naik juga nggak kira-kira,” ujarnya.
Senada, Warren Buffet-nya Indonesia, Lo Kheng Hong, juga memilih menggelontorkan semua sisa uangnya ketika krisis ke satu saham. Yang jadi pilihannya adalah milik anak usaha Astra, PT United Tractors Tk. (UNTR).
“Waktu 1998, jadi kalau pak Jos katanya bangkrut, saya nyaris. Uang saya berkurang 85 persen, sisa 15 persen, waktu itu udah full time investor lagi. Punya istri, anak dua, saya nggak kerja lagi, akhirnya uang saya belikan UNTR,” kata dia.