Kepala Ekonom PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Joko Retnadi mengatakan deflasi kemungkinan besar akan terjadi mengingat daya beli masyarakat semakin merosot akibat maraknya pemutusan hubungan kerja. "BI Rate wajib turun minimal 50 basis poin. Ini untuk mendongkrak kredit konsumsi agar tidak mampet," kata Joko kepada Tempo di Jakarta, Senin (5/12).
Ekonom Indef Fadhil Hasan mengemukakan, BI sebaiknya menurunkan BI Rate sebesar 50 basis poin menjadi 8,75 persen pada awal 2009. "Tekanan inflasi dan adanya penurunan harga BBM sudah cukup untuk menurunkan BI Rate," katanya.
Dia menjelaskan bahwa Januari 2009 merupakan saat yang tepat memangkas BI Rate tersebut untuk menjaga ekspektasi. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pun, lanjut dia, sudah mulai stabil dan masih pada batas aman di kisaran Rp 11.000 per dolar.
Selain itu, dari perkembangan harga komoditas dan bahan kebutuhan pokok, sudah cukup untuk mendorong penurunan BI Rate. Terlebih, Pemerintah sudah berencana menggeliatkan sektor riil sebagai penggerak perekonomian dengan berbagai stimulus. "Jika suku bunga sudah rendah, para pengusaha sektor riil akan lebih mudah bangkit, terutama dalam mencari tambahan dana dari pinjaman perbankan," katanya.
Badan Pusat Statistik mencatat pada Desember 2008 terjadi deflasi 0,04 persen sehingga inflasi tahunan tercatat 11,06 persen. Deflasi terjadi di 27 kota dan 29 kota inflasi, yang didorong penurunan harga BBM. Deflasi terbesar terjadi di Ambon sebesar 1,4 persen. Deflasi paling rendah di Pekan Baru sebesar 0,03 persen.
Ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bambang Soesatyo meminta Bank Indonesia menurunkan BI Rate menjadi 8,5 persen. "Penurunan BI rate akan melengkapi stimulus fiskal yang telah ditempuh pemerintah melalui penurunan harga bensin dan solar serta insentif pajak," ujar dia.
Selain faktor melemahnya tekanan inflasi, ada alasan lain yang mengharuskan koreksi terhadap suku bunga. Salah satunya adalah penurunan suku bunga sudah menjadi tren global sebagai upaya mereduksi dampak krisis finansial.
EKO NOPIANSYAH