TEMPO.CO, Jakarta - Diandra Paramitha Sastrowardoyo atau Dian Sastro bercerita bahwa di awal karirnya, ia pernah ditolak saat mengajukan kredit kepemilikan rumah atau KPR ke bank. "Dulu waktu awal-awal karier. Apalagi waktu itu masih ketat banget (syarat) soal gaji tetap," ujarnya, Rabu, 10 November 2021.
Ia menduga penolakan permohonan KPR-nya saat itu karena bank memberlakukan credit scoring yang ketat bagi tiap calon debitur. Pekerja informal dan pekerja kreatif termasuk yang tak memiliki penghasilan tetap termasuk tak terlalu dilirik oleh perbankan.
Oleh karena itu, kata Dian, jika diperhatikan teman-teman aktor atau pekerja seni saat membeli properti tak memakai fasilitas kredit, tapi menggunakan uang tunai keras. "Harus nabung dulu sampai uangnya cukup," tuturnya.
Hal tersebut disampaikan Dian Sastro saat menghadiri peluncuran platform pengecekan kredit secara personal 'MyIdScore' besutan lembaga pengelola informasi perkreditan PT PEFINDO Biro Kredit (IdScore).
Dengan adanya inovasi seperti platform seperti MyIdScore yang bisa membantu perseorangan mengecek track record dan credit score seseorang, kata Dian, akan sangat membantu. Sebab, alat ini bisa membantu analisis seseorang khususnya jika ingin mengajukan kredit untuk memulai bisnis atau membeli properti.
Dian pun mengenang, dulu harus mengumpulkan seluruh berkas-berkas kontrak beberapa tahun ke belakang untuk diajukan ke bank. Alhasil, proses analisis pihak bank makan proses lama. "Tapi kalau bisa melihat kredit skor sendiri, kita jadi tahu apa yang harus diperbaiki, supaya enggak berkali-kali ditolak pinjamannya oleh bank," ucapnya.
Direktur Utama IdScore, Yohanes Arts Abimanyu, menjelaskan, di lapangan, pekerja informal dan pekerja kreatif terkadang memang lebih sulit untuk mengajukan kredit bernilai besar di perbankan. Apalagi sebelum ada platform pengecekan kredit personal seperti MyIdScore. "Terkadang ada saja riwayat keuangan yang terlewat untuk diurus, sehingga membuat credit score jelek," katanya.