TEMPO.CO, Jakarta - CEO Tesla Inc., Elon Musk kehilangan US$ 50 miliar atau sekitar Rp 712,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.246 per dolar AS) pada pekan ini setelah saham perusahaan yang didirikannya tersebut terperosok dalam dua hari berturut-turut.
Dilansir dari Bloomberg, pada hari ini, Rabu, 10 November 2021, jebloknya harga saham Tesla selama dua hari ke belakang telah mencatatkan sejarah bagi Bloomberg Billionaires Index. Ini juga nilai penurunan terbesar setelah Jeff Bezos juga pernah kehilangan US$ 36 miliar atau sekitar Rp 513 triliun usai berita perceraiannya dengan MacKenzie Scott pada 2019 silam.
Anjloknya saham Tesla tersebut terjadi saat Musk menggelar jajak pendapat di media sosial Twitter pada Senin lalu, 8 November 2021. Saat itu, ia bertanya ke warganet, apakah dia harus menjual 10 persen sahamnya di perusahaan. Hal ini juga diikuti oleh berita bahwa saudaranya, Kimbal Musk menjual saham tepat sebelum jajak pendapat.
Usai unggahan jajak pendapat itu, saham Tesla yang terdaftar di Bursa Frankfurt anjlok hingga 9 persen pada awal perdagangan Senin lalu. Dilansir Channel News Asia, saham Tesla jeblok hingga 7,9 persen menjadi 980 euro atau US$ 1.135 per saham pada 7.31 pagi waktu Jerman.
Di hari berikutnya, Selasa, 9 November 2021, saat bursa saham di Amerika Serikat (AS) berakhir jatuh. Saham Tesla Inc. saat itu ditutup lebih rendah 12 persen atau penurunan terbesar sejak September 2020.
Sentimen negatif juga datang pada Selasa pagi kemarin saat muncul laporan dari Insider tentang Michael Burry, investor yang dipopulerkan oleh film berjudul The Big Short. Burry menyebutkan, Elon Musk bakal menjual sahamnya untuk menutupi utang pribadinya.