Langkah kedua yaitu Kementerian membuka seluruh pintu pengeluaran air di 12 kolam retensi dengan total volume 6,8 juta meter kubik dan bendung gerak dengan volume 65 juta meter kubik. Kegiatan ini sudah dilakukan, contohnya di Kolam Retensi Nipa-nipa, Sulawesi Selatan.
Ketiga, Kementerian mengempiskan 12 bendung karet dengan volume 7,3 juta meter kubik. Contohnya di Bendung Karet Tirtonadi, Solo, dan Banjir Kanal Barat, Semarang, di Jawa Tengah. "Kita buang airnya, agar saat banjir masih bisa terus mengalir," kata Basuki.
Keempat, Kementerian membuka terowongan pengendali banjir atau floodway di Nanjung di Sungai Citarum dan sodetan Cisangkuy di Jawa Barat. Pembukaan ini dilakukan demi mencegah banjir di Baleendah, Kabupaten Bandung.
Kelima, Kementerian menyiapkan 162 unit pompa pengendali banjir dengan debit 263 meter kubik per detik. Uji coba operasi dan kebutuhan energi sudah disiapkan, contohnya di pompa Kali Sringin, Semarang Timur.
Terakhir, Kementerian mengantisipasi kecelakaan kerja dalam proyek pembangunan 39 bendungan yang sedang berjalan. Saat ini, ada petugas khusus yang ditempatkan untuk memantau debit air yang masuk ke sungai yang sedang dibendung. "Kami hati-hati betul agar tidak terjadi kecelakaan," kata Basuki Hadimuljono.