Dalam hitungannya, kata Solihun, kerugian nelayan per hari karena tak melaut bisa mencapai Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta. Pasalnya, dalam sepekan melaut, rata-rata dibutuhkan 125 liter solar dengan menggunakan kapal di bawah 8 gross ton (GT).
Artinya, bila tak melaut dalam lima hari, nelayan bisa merugi hingga kisaran Rp 5 juta sampai Rp 7,5 juta. "Kalau begini terus bisa-bisa kami tidak mempunyai penghasilan," tuturnya.
Hal senada diungkapkan oleh Nur Qomari. Nelayan petambak itu menyebutkan solar sulit didapat dalam beberapa hari terakhir.
Ia mengaku sebelumnya sempat mengantre bersama nelayan lain di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Desa Golokan Sidayu, Kabupaten Gresik. Antrean panjang dilakoninya untuk membuktikan kabar sebelumnya soal solar sulit didapat. Ia dan sejumlah nelayan akhirnya berduyun-duyun ke pom bensin itu untuk mengantre.
Ketika dikonfirmasi, Area Manager Communication, Relations & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Deden Mochamad Idhani menyatakan pihaknya telah menerjunkan tim ke lapangan. Ia juga terus berkoordinasi dengan pemegang kebijakan atau stakeholders setempat agar kebutuhan solar tercukupi di seluruh SPBU.
Pertamina, kata Deden, berupaya menjaga agar pasokan solar bisa terus dijaga hingga Desember 2021. "Namun kami mengimbau kepada kendaraan yang tidak layak menerima subsidi untuk dapat mengisi BBM jenis gasoil/diesel seperti Dexlite atau Pertamina Dex," tuturnya.