TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Alpha Research Database, Ferdy Hasiman, menduga dua perusahaan energi di Indonesia paling mendulang untung pasca-kenaikan harga komoditas batu bara. Kedua perusahaan itu adalah PT Bumi Resources Tbk milik keluarga Bakrie dan PT Adaro Energy milik Garibaldi Thohir alias Boy Thohir.
“Adaro kapasitas produksinya saja per tahun mencapai 40 juta ton. Sedangkan Bumi Resources jika digabung dengan PT Arutmin Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal (anak usaha BUMI) mencapai 100 juta ton,” ujar Ferdy saat dihubungi, Jumat, 1 Oktober 2021.
Ferdy menyebut kenaikan harga batu bara akan mendongkrak pendapatan emiten pada paruh kedua 2021 setelah sebelumnya industri ini lesu akibat pandemi Covid-19. Dia memperkirakan pendapatan kedua perusahaan akan lebih tinggi dari paruh pertama.
Pada kuartal I, kata Ferdy, Adaro berhasil mencatatkan profit senilai US$ 73,34 juta. Pembayaran royalti Adaro ke negara pun mencapai US$ 81 juta terhadap negara. Dengan begitu, ia menghitung net cash Adaro per kuartal I bisa menembus US$ 128,4 juta.
Hal yang sama terjadi untuk emiten berkode BUMI. “Kita berharap dengan kenaikan harga batu bara, Bakrie bisa bayar utang dan bayar tunggakan pajak yang bertahun-tahun belum dibayar,” ujar Ferdy.
Dihubungi terpisah melalui pesan instan, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava belum memberikan respons. Adapun dua nomor telepon Boy Thohir belum dapat dihubungi hingga berita ini ditulis.
Baru-baru ini, harga komoditas batu bara menembus rekor teratas. Di pasar ICE Newcastle (Australia), harga batu bara mencapai US$ 206,25 per metrik ton atau melonjak 1,63 persen. Kondisi ini menempatkan harga komoditas berada di tataran tertinggi selama satu dekade.
Baca: Faisal Basri Prediksi Indonesia Tak Bakal Gagal Bayar Utang, tapi..