Adapun pendapatan usaha yang berasal dari pendapatan penerbangan tidak berjadwal mengalami kenaikan sebesar 93,2 persen dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2020 lalu. Dengan adanya kenaikan tersebut, Garuda Indonesia akan terus mengoptimalkan potensi pangsa pasar charter, baik untuk layanan penumpang maupun kargo.
Khusus untuk angkutan logistik, Perusahaan juga telah mencatat adanya tren kenaikan jumlah kargo yang diangkut di setiap penerbangan sepanjang Semester I 2021, dimana Garuda Indonesia secara Group turut berhasil mencatatkan jumlah angkutan kargo sebesar 152,300 ribu ton tumbuh sebesar 37, 56 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 sebesar 110,715 ribu ton.
Sementara itu, beban usaha pada Semester I 2021 tercatat mengalami penurunan sebesar 15,9 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu yakni dari US$ 1,6 miliar menjadi US$ 1,3 miliar. Irfan mengatakan penurunan beban usaha Perseroan juga turut ditunjang oleh berbagai langkah strategis efisiensi yang tengah ditempuh diantaranya melalui langkah renegosiasi sewa pesawat hingga restrukturisasi jaringan penerbangan melalui penyesuaian frekuensi rute-rute penerbangan.
Di tengah masih belum pulihnya kinerja bisnis penerbangan nasional imbas menurunnya permintaan terhadap penerbangan angkutan penumpang, perseroan terus melakukan berbagai langkah strategis guna meningkatkan pendapatan usaha.
Langkah tersebut antara lain melalui optimalisasi ancillary revenue di mana Garuda secara aktif menjalin kemitraan dengan berbagai pihak eksternal dalam rangka memaksimalkan potensi pendapatan di luar bisnis inti perseroan untuk pengangkutan penumpang. Misalnya, melalui kemitraan bersama sektor retail, industrial, maupun kolaborasi strategis bersama ekosistem penunjang sektor logistik nasional.
Baca: Sri Mulyani: RI Sudah Tampak Melewati Puncak Gelombang Kedua Covid-19