Musababnya, Indonesia saat ini menjadi tempat bagi produksi mobil-mobil dengan merek khusus, seperti Avanza dan Xenia. “Ada beberapa merek mobil yang hanya diproduksi di Indonesia. Kalau sampai kolaps, dampaknya akan sangat luar biasa. Karena penjualan akan turun, lalu principel tidak menerima kondisi tersebut,” ujar Yohannes.
Meski begitu pada 2021, Yohannes mengatakan industri otomotif kembali bergairah lantaran adanya kebijakan relaksasi pajak penjualan barang mewah (PPnBM). Berkat relaksasi tersebut, kinerja otomotif tertopang sehingga dapat melaju ke jalur positif pada semester I 2021.
Yohannes menerangkan pada Januari hingga Juli 2021, total produksi industri otomotif mencapai 588.881 ribu unit atau naik 49,4 persen secara year on year. Produksi itu terdiri atas wholesales sebesar 460.105 unit (naik 40,8 persen) dan ekspor CBU sebanyak 166.069 unit (naik 38,2 persen).
Indikasi membaiknya kinerja industri yang memproduksi kendaraan itu juga terlihat saat perusahaan mulai merekrut karyawan-karyawan baru. “Industri bahkan mencari karyawan baru, itu menunjukkan identitas industri kita membaik,” kata Yohannes.
Baca: Citilink Perpanjang Layanan Tes PCR dan Antigen Gratis untuk Penumpang Hingga 30 Agustus